Jumat, 05 Agustus 2011

TEMAN SEBAGAI SAINGAN ? ATAU SEJAWAT ?

Suatu hari saya ditelpon oleh sejawat yang mengeluhkan tentang pekerjaannya di Rumah Sakit. Dia mengeluh tentang penambahan seorang dokter baru di Rumah Sakit tempat ia bekerja. “3 orang saja cukup, mengapa harus menambah dokter baru,” kata sejawat saya.

Sebuah persoalan klasik, seorang yang sudah lama bekerja menolak kehadiran tenaga kerja yang baru. Dan begitulah reaksi sejawat saya, yang menolak menerima kehadiran dokter baru dalam rumah sakit yang sama.

Kemudian saya bertanya kepada sejawat saya, “Mbakyu, yang masuk ke rumah sakit njenengan itu mau praktek di hari apa saja?”

“Hari Sabtu dan Minggu,” kata sejawat saya singkat.
Saya merenungkan kasus ini. Dokter yang baru itu sebenarnya hanya mendapat jatah praktek “sisa-sisa” waktu dari dokter yang sudah ada di situ, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Hari yang kurang istimewa untuk bekerja, karena pada hari Sabtu dan Minggu sebagian besar orang menginginkan liburan. Namun dokter yang baru itu bersedia dipasang pada hari Sabtu dan Minggu. Anehnya justru pada hari Sabtu dan Minggu itu selalu padat dan ramai baik poliklinik rawat jalan, rawat inap, dan tindakan operasi. Dan inilah yang dikeluhkan sejawat saya.
Saya jadi teringat dengan pesan Mario Teguh dalam Golden Ways nya yang disiarkan oleh salah satu TV swasta. “Bukan panjangnya waktu, namun berkahnya waktu.” Artinya, kita harus sadar bahwa rejeki itu memang mutlak milik Alloh SWT, kalau Alloh menghendaki, cukup praktek dengan Hari Sabtu-Minggu sudah bisa menyamai atau bahkan melebihi pendapatan mereka yang praktek sepanjang hari.
Masih dari Mario Teguh, bahwa rejeki itu mungkin sama nominalnya. Tetapi bisa berbeda nilainya tergantung bagaimana orang itu mensikapi rejeki tersebut. Apakah ia bisa mensyukurinya atau tidak. Misalnya seorang dokter mendapat gaji 5 juta rupiah, dan ia mensyukuri apa yang ia dapatkan. Maka uang itu akan menjadi sesuatu yang diberkahi. Seakan-akan dengan uang tersebut sudah mencukupi kebutuhan orang itu dan keluarganya. Bandingkan dengan orang yang sama-sama mendapatkan gaji 5 juta rupiah, namun ia menggerutu, “Kok cuma segini sih...harusnya kan aku bisa dapat lebih. Ini pasti ada sesuatu yang nggak bener. Pasti bendaharanya sentimen sama saya, dan seterusnya”. Yang ada dalam hatinya adalah penyesalan dan kesedihan. Sehingga uang 5 juta yang seharusnya bisa mencukupi kebutuhannya menjadi tidak bisa mencukupi kebutuhan. Demikianlah perbedaan rahmat dalam rejeki Alloh apabila ia disikapi dengan syukur dan tidak syukur.
Saya jadi teringat kisah seorang petani jagung yang selalu mendapatkan juara I dalam perlombaan jagung nasional. Petani ini memiliki kebiasaan unik, yaitu membagi-bagikan benih jagung terbaik kepada para tetangganya sesama petani jagung.
Ketika ia ditanya mengapa ia melakukan hal itu, petani itu menjawab, “Ya, sebenarnya saya melakukan hal itu adalah untuk kepentingan saya. Jagung-jagung itu melakukan penyerbukan silang, angin menerbangkan serbuk sari dari ladang ke ladang. Jika tetangga saya menanam jagung dengan kualitas yang jelek, kemudian terjadi penyerbukan silang di ladang saya maka hasilnya adalah jagung dengan kualitas yang kurang bagus. Oleh karena itu saya membagi-bagikan benih jagung dengan kualitas super kepada tetangga saya supaya mereka menanam jagung super tersebut.”
Dari cerita di atas sedikitnya ada beberapa hal yang bisa kita petik, yaitu:
1. Kebaikan yang kita berikan kepada orang lain pada hakekatnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri.
2. Jika menginginkan kesuksesan, jangan ingin menjadi sukses sendirian
*********
Dan apa yang terjadi pada dokter baru dalam kasus sejawat saya? Karena dokter yang baru itu terus-menerus ditekan supaya ia keluar, maka akhirnya ia pun mengundurkan diri dari rumah sakit tersebut. Dan apa yang dilakukan sejawat saya setelah dokter baru itu tidak jadi praktek? Kenyataannya sejawat saya sendiri yang kelabakan, karena sekarang ia justru yang tidak bisa mengatur jadwal yang baru khususnya untuk hari Sabtu dan Minggu.
Seandainya sejawat saya sedikit mau berbagi, tidak menolak “Teman Saingan” tentunya pelayanan di rumah sakit itu tidak akan kacau. Akhirnya hari Sabtu dan Minggu yang sebelumnya terdapat jadwal pelayanan menjadi kosong dan tidak ada yang praktek. Dan ini sedikit banyak mempengaruhi jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit. Moto “Melayani 24 jam” menjadi slogan semata, karena jika ada kasus emergency khususnya pada hari Sabtu dan Minggu maka pasien tersebut akan dirujuk ke rumah sakit lain, walaupun sebenarnya untuk hari-hari biasa kasus-kasus tersebut dapat ditangani di rumah sakit tersebut. Ini artinya sebuah kemunduran yang terjadi di rumah sakit tempat rekan saya bekerja. Padahal jika rumah sakit sejawat saya berkembang dan terkenal –tidak mengalami kemunduran- toh efeknya rekan saya juga yang ikut terkenal dan ternama. Seperti yang dilakukan oleh Pepsi Cola dengan Kentucky Fried Chicken (KFC).
Pepsi tahu sebagai produk minuman soft drink, banyak sekali saingan dalam bisnis ini. Sebut saja Coca Cola, Miranda, 7 up dan lain-lain. Oleh karena itu Pepsi segera melakukan kerja sama dengan KFC. Nama KFC sudah terkenal, pasarnya pun sudah luas. Dari hasil kerja sama itu, Pepsi akan menempatkan diri sebagai satu-satunya minuman soft drink di dalam KFC.
Hasilnya bisa ditebak, penjualan Pepsi Cola pun meningkat, namanya pun ikut terkenal. Memang dalam hal ini, Pepsi Cola adalah “pemain pembantu”, sebab pemain utamanya adalah KFC. Toh demikian, peran pemain pembantu ini pun telah mengantarkan Pepsi Cola menuju kesuksesan.
Lain halnya dengan cerita Toyota dan Daihatsu, kedua pabrik mobil asal Jepang ini sepakat melakukan kerja sama yang unik. Kedua pabrik ini akan membuat mobil dengan tipe yang sama dan masing-masing menggunakan nama sendiri-sendiri. Seperti Avanza milik Toyota, dan Xenia milik Daihatsu. Rush milik Toyota, Terios milik Daihatsu. Nyatanya mobil-mobil itu laris di pasaran dan justru meningkat penjualannya. Yang penting di sini adalah kerja sama pabrik dan tidak saling mengganggu bisnis antara yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian semakin gamblanglah kasus sejawat saya. Jika datangnya “teman saingan” dapat dimanage dengan baik, bukan tidak mungkin kedua-duanya akan menjadi sukses bersama-sama. Dan istilah teman saingan pun dengan sendirinya akan benar-benar luntur dan berubah menjadi Teman Sejawat.
Terakhir, mari kita simak begitu indahnya Al Quran memerintahkan kepada kita untuk bertolong menolong dan bekerja sama.”.... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maaidah (5): 2)

Itulah indahnya tolong-menolong dan berbagi, sehingga kesuksesan justru bisa didapat secara bersama-sama.

BISNIS ONLINE Terpercaya dan Menguntungkan JIKA BERMINAT SILAKAN KLIK BANNER GAMBAR Dibawah ini dan Masukan NAMA dan EMAIL anda di subcriser nanti untuk bisa melihat-lihat Info bisnis Ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar