Jumat, 12 Agustus 2011

Mutiara Si Pohon Tua Versi 3


By: Ayuningtyas Rachmasari
pelajar SMP Negeri 9 Yogyakarta
Yogyakarta
DIY

Terdengar suara dedaunan bergesekan oleh angin. Mentari pun tak enggan memberikan cahayanya yang hangat. Suasana di pegunungan begitu damai. Sudah lebih dari 100 tahun kurasakan suasana seperti itu.
Aku adalah pohon tua yang berdiri di antara suasana seperti itu setiap harinya. Setiap pagi aku menghirup gas karbondioksida dan menyerap air untuk bahan makanan yang aku masak. Dengan bantuan matahari, aku memasak dan mengahasilkan gas oksigen untuk manusia dan hewan.

Aku adalah pohon terbesar di pegunungan. Seorang gadis kecil dan teman-temannya memanggilku Mutiara, Si Pohon Tua. Daunku begitu lebat dan berkumpul sehingga membentuk bulat. Siang atau pun malam , daunku memantulkan sinar mentari atau pun bulan yang memebuatku seperti mutiara besar di pegunungan.

Setiap pagi sampai sore, gadis kecil dan teman-temannya bermain di bawah daun-daunku yang teduh. Mereka berteduh dan bermain dengan sangat gembira. Namun lama-kelamaan mereka tumbuh menjadi dewasa. Mereka tidak lagi bermain di bawah dedaunku.

Sudah sepuluh tahun berlalu semenjak gadis kecil dan teman-temannya meninggalkanku. Pohon-pohon lain di sekitarku pun satu per satu ditebang. Aku semakin kesepian. Tak ada yang merawatku. Buahku pun membusuk di rantingku lalu jatuh ke tanah. Daun-daunku juga berguguran. Tanah di sekitarku kotor oleh daun dan buah yang membusuk. Burung-burung juga tak berkicau dan membuat sarangnya di rantingku lagi. Yang tertinggal hanyalah sarangnya yang tak berpenghuni. Yang dapat kulakukan pun hanya menunggu sesuatu yang ditentukan oleh Tuhan.

Suatu hari ada seorang gadis cantik jelita menemuiku. Ia mengelusku dan menatapku dengan iba. Ia membersihkan buah dan dedaunan yang busuk di sekitarku. Kemudian ia beristirahat di bawah daun-daunku yang rimbun. Dia menulis sesuatu di sebuah buku sambil bersenandung.

Sekarang aku ingat. Gadis itu adalah gadis kecil yang sama 10 tahun yang lalu. Andai aku bisa bicara dengannya, aku akan berterimakasih padanya. Namun aku juga sudah bahagia dengan adanya gadis kecil di sampingku.

Setiap pagi ia menemuiku. Membersihkan halaman di sekitarku dan memberiku cukup air. Namun suatu hari saat gadis kecil menemuiku, ia mengelusku dan menangis di bawah daun-daunku. Aku bingung, mengapa ia menangis? Aku ingin menghiburmu. Duduklah di bawah daun-daunku yang teduh. Bersenandunglah untukku. Aku akan menjagamu, gadis kecil.

Namun di hari itu ia tidak bermain di bawah daun-daunku. Ia pergi. Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Andai aku punya kaki, aku akan mengejarmu.

Keesokan harinya, banyak orang yang menghampiriku. Apakah mereka ingin bermain denganku? Hatiku sangat bahagia. Akan tetapi, mereka malah menebangku. Aku sedih, mungkin ini sudah saatnya aku ditebang. Aku memang pohon tua yang tak berguna.

Saat ditebang, aku melihat gadis kecil menatapku dengan rasa iba. Maafkan aku, gadis kecil. Aku tak dapat bersamamu lagi. Padahal aku ingin selalu di dekatmu.

Seluruh daunku dipangkas dan dibakar. Ranting-rantingku dijemur dan dijadikan kayu bakar. Buah-buahku yang masih bagus dijual. Batangku dibuat menjadi kursi goyang. Aku hidup di kursi goyang tersebut. Aku diletakan di dalam sebuah rumah. Setiap hari aku diduduki oleh seorang gadis cantik. Tidak lain gadis itu dalah gadis kecil.
Aku senang. Ia masih bersenandung untukku. Terimakasih, Allah! Sekarang aku dapat memberikan kenyamanan lagi untuk gadis kecil. Bahkan sampai tua pun gadis kecil masih bersamaku.

BISNIS ONLINE Terpercaya dan Menguntungkan JIKA BERMINAT SILAKAN KLIK BANNER GAMBAR Dibawah ini dan Masukan NAMA dan EMAIL anda di subcriser nanti untuk bisa melihat-lihat Info bisnis Ini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar