Kamis, 13 Oktober 2011

♥♥ ~* ::Bidadari Untuk Ikhwan (BAG. 8):: *~ ♥♥


Yuk baca lagi.... Bagi yang belum baca BAG (1) Sampai BAG (7) Silakan Buka Page "Strawberry" Ini baca sebelum catatan Bag (8) ^_^

Karya : Fajar Agustanto

Langkahku gontai, semangatku pun menurun. Semua ini adalah sebuah kesalahan besar. Kesalahan yang telah menyebebkan seorang harus keluar dari agamanya. Sungguh aku sangat malu. Sangat berdosa. Ternyata dakwahku tidak sebagus apa yang aku impikan. Ternyata dakwahku tidak seindah angan-anganku. Terciptanya daerah kumuh yang Islami, masyarakat kumuh yang bisa mandiri. Sungguh sangat memalukan, sangat ironis dengan kenyataan yang aku bayangkan. Aku telah gagal. Gagal dalam memberikan hidayah kepada seseorang, dan gagal dalam membina sebuah kebenaran.

Tetap, langkahku gontai dalam setiap menit penderitaan jiwa yang meronta atas semua yang telah terjadi. Aku menyangka, bahwa aku sudah dapat menjadikan seorang bermental baja, kuat dalam agamanya, dan tidak mudah luntur dalam melihat sebuah gemerlapnya dunia. Sungguh semua itu telah gagal. Aku kembali kerumah kontrakan dengan kekalutan jiwa. Rasa bersalah yang teramat dalam, serta rasa berdosa yang terus menekan rongga pikiran.

***

Aku dudukkan tubuh ini dalam kursi kayu bercat coklat yang mengelupas. Aku ambil segelas air minum. Dinginnya air yang telah aku minum, sedikit membuatku terasa lebih baik. Tetapi semua itu hanya sementara. Rasa bersalah kembali hinggap, hingga menyesakkan dada. Rasa berdosa pun tak luput menekan rongga fikirku. Semuanya berada tepat dihadapanku. Semuanya. Iya benar, semua kesalahan terletak kepadaku. Terletak pada kelalaianku, ketidak seriusanku dalam berdakwah, ketidak pekaanku dalam mengetahui permasalahan yang ada. Sungguh semua ini benar-benar kesalahanku.

Inginku berteriak keras. Tetapi aku takut. Takut jika para tetangga dengar, dan mengira aku gila. Inginku menangis tersedu-sedu kepada Allah. Tetapi aku takut, jika tangisanku akan membuat teman-temanku bingung dikira ingin menikah. Sungguh aku bingung dan berdosa.

“Tlluuutt… tlluuuut”

Hem, deringan telephone ini tidak mengetahui kegalauan hati. Dari tadi bunyi terus. Teman-teman pada kemana sich. Ucapku dalam hati. Dengan langkah yang teramat malas aku mengangkat telephone.

“Halo…!”

“Halo.. selamat malam!”

Hem nih akhwat kok telephone malam-malam! Pasti mau cari Samsul untuk ngingetin kalau besok ada syuro’.

“Bisa bicara dengan Khalid!” ucap wanita itu membuyarkan lamunanku.

“Iya ini Khalid! Ini siapa yach?” tanyaku penasaran. Penasaran baru kali ini di telephone akhwat malam-malam.

“Ini aku Lid! Nova” ucapnya

“Oh, iya ada apa Nov! Kok tumben malam-malam telephone” ucapku. Padahal dalam hatiku mengatakan, Hem wanita kok telephone malam-malam. Nggak sopan, tau!

“Maaf ya Lid. Aku telephone malam-malam. Aku Cuma mau memberitahu kamu!”

Wah aku harus hati-hati nih. Ternyata nih cewek bisa baca pikiranku, pikirku dalam hati sambil ngetawain diri sendiri.

“Wah ada apa nich Nov?” tanyaku penasaran

“Khalid, aku tahu kamu marah sekarang! Kamu marah karena ada seorang muridmu yang telah keluar dari agama Islam”

Loh tahu dari mana Nova? Ucapku dalam hati

“Kamu tahu dari mana Nov?” tanyaku penasaran

“Aku tahu semuanya Lid! Semua itu adalah hasil usaha dari papaku. Kini Efendi sedang menyusun sebuah rencana untuk mengkristenkan semua desa kumuh itu Lid! Dan kamu harus hati-hati Lid. Efendi dan teman-teman papaku, merencanakan sesuatu yang akan mencelakakanmu. Saya mohon kamu berhati-hati!”

“Hem, terima kasih Nov! Tetapi kenapa kamu memberitahukan itu semua kepadaku!”

“Khalid, aku tidak ingin kamu celaka. Aku tidak ingin seorang yang telah membimbingku dari jalan kegelapan menuju ke jalan yang terang, celaka. Sungguh Khalid aku sangat mengkhawatirkan kamu!”

“Iya Insya Allah aku akan berhati-hati! Kamu tidak usah begitu khawatir terhadapku. Karena semua takdir ada di tangan Allah. Kita pasrahkan saja kepada Allah” ucapku

“Iya, sudah dulu Khalid! Mungkin kita tidak akan bertemu lagi seperti ini. Aku mohon kamu berhati-hati”

Tak sempat aku mengucapkan beberapa kata perpisahan. Nova menutup telephonenya.

Sungguh ironis. Benar-benar menjadi sebuah peringatan bagiku. Bahwa musuh-musuh Allah selalu akan mencelakai umat Islam dengan cara apapun. Gundah hati ini semakin memuncak.

Aku kembali kekamar, dan mengambil buku suci pedoman hidup manusia. Al Qur’an. Hanya inilah cara satu-satunya yang dapat memperkuat diriku lagi.
[2.214] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
[16.110] Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[2.218] Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[3.142] Apakah kamu mengira bahwa bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.
[5.35] Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
[5.54] Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
[9.16] Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[9.41] Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
[25.52] Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur’an dengan jihad yang besar.

Kini aku sudah menjadi kuat kembali. Semangat dan tenagaku telah pulih kembali. Layaknya mobil yang telah diisi dengan bahan bakarnya, yang bisa melaju dan melesat jauh. Maka aku pun begitu. Kini semua tenagaku pulih kembali. Aku sudah siap untuk kembali ke medan pertempuran. Aku tidak akan pernah takut lagi. Ghirohku adalah sebuah kobaran api yang akan melalap para penghina dan musuh-musuh Islam. Allahu Akbar.

***

Pagi begitu cerah. Tetapi sama seperti biasanya. Hilir mudik para pelajar, mahasiswa, pekerja. Semua tetap sama. Tapi kini aku kembali diisi dengan tenaga yang tak akan mudah menyerah. Semuanya telah masuk kedalam relung darahku. Menambah semangat juangku. Untuk kembali lagi seperti dulu. Bukan orang-orang yang kehilangan, ghiroh untuk berjuang.

Tetapi tidak seperti biasanya. Kontrakan yang biasanya ramai dengan para ikhwan yang akan berangkat kuliah. Sekarang menjadi sepi. Entah kemana saudara-saudara seperjuanganku. Semenjak dari tadi malam. Tidak terdengar suara gaduh para ikhwan yang sedang bercengkrama, atau ramai berdiskusi tentang segala hal. Entah kemana mereka.

Semua kertas yang berserakan, berada di depan pintu kontrakan. Entah kertas siapa ini. Mungkin saja hasil ujian teman-teman yang terjatuh. Tak berpikir panjang aku segera menyelamatkan kertas itu. Dari pada nanti, diambil orang. Sehingga tahu aib terbesar dikontrakanku. Pantang mendapat nilai D. bisa-bisa menjadi rumor atau gossip paling baru. Setelah aku ambil. Terlihat sekilas, bukan seperti kertas ujian. Tetapi terdapat sebuah tulisan dibaliknya. Entah dari mana pikiran ini. Serasa ingin membaca sebuah tulisan yang terlihat sangat acak-acakan. Aku tak ambil pusing, langsung saja aku membacanya.

***

Masya Allah. Sungguh ini bukan tulisan biasa. Ini sebuah untaian kata-kata seorang ikhwan yang putus asa. Entah punya siapa ini. Apakah kepunyaan teman-temanku? Terbesit Tanya dipikiranku. Kata-kata yang menusuk jiwa. Sebuah penyadaran yang aku harus sadar dengan kata-kata itu. Aku harus menyembunyikan kertas ini. Sebelum dibaca teman-teman. Aku harus tahu, ini kertas siapa!

“Assalamu’alaikum!” ucap Samsul dan Deni saat baru datang.

“Wa’alaikumsalam” jawabku. “dari mana Akh! Kok pulangnya cepat banget”

“Nggak dari mana-mana!” ucap Samsul malas.

Sekilas Heri, mengerdipkan mata kanannya. Seraya memberikan pesan untuk tidak meneruskan pertanyaanku.

Memang tidak seperti biasanya sahabatku yang satu ini. Samsul. Seorang ikhwan yang sangat bersemangat. Kini terlihat sangat layu. Sangat tidak bersemangat. Entah apa yang membuat dirinya menjadi seperti itu. Tak seberapa lama, Samsul langsung masuk kekamarnya. Raut mukanya terlihat sangat gelisah.

“Akh, emangnya ada apa?” tanyaku kepada Heri.

“Entahlah Akh! Nggak jelas, mungkin karena gossip teman-teman” ucapnya malas

“Ha! Gossip? Emang Akh Samsul digosipin apa? Seperti artis saja!” ucapku sambil tersenyum.

“Antum kok malah bergurau Akh!”

“Nggak, bukan begitu. Ana hanya bingung aja!” ucapku

“Bingung, kenapa?”

“Iya, bingung. Kok masih ada gossip? Kita kan dilarang untuk ghibah!”

“Nah itu Akh. Ana juga bingung! Malah gosipnya menyebar luas sekali dikalangan kita.” Ucap Heri dengan agak bingung.

“Hem, ternyata kita memang harus banyak belajar untuk menjaga lisan kita ya Akh! Emangnya gosipnya apa, Akh?”

“Afwan, Akh! Kalau antum ingin bertabayun, mendingan langsung kepada Akh Samsul aja. Biar lebih jelas”

“Hem, iya bener juga! Harus langsung kepada orangnya. Agar lebih jelas”

Tak seberapa lama Samsul keluar dari kamar. Wajahnya masih terlihat lesu. Seperti sedang mencari sesuatu yang hilang.

“Akh, mencari apa?” tanyaku penasaran

“Afwan, Akh! Antum tahu potongan kertas nggak. Mungkin aja terjatuh disini!”

“Ini!” jawabku, sambil menunjukkan potongan kertas yang dimaksud.

Samsul mengangguk dan diambilnya kertas itu dari aku. “Akh, antum membaca isi kertas ini?” Tanya Samsul, terlihat agak malu.

“Iya! Ana baca. Afwan, ana lancing membacanya.”

“Tidak apa-apa! Ini memang salah ana. Tidak menempatkan sesuatu yang penting pada tempatnya!” ucapnya, terlihat kesal dan malu.

“Akh, ana pengen bicara dengan antum! Bisa?” sergahku, saat Samsul akan memasuki kamarnya.

“Tafadhol! Dikamar ana aja, Akh” Samsul sambil membuka pintu kamarnya.

Aku langsung saja masuk kekamar Samsul.

“Ada apa, Akh?” Tanya Samsul

Aku tersenyum. “Bukan ana, yang ada apa! Tetapi antum, ada apa? Boleh tahu?”

Samsul menunduk lesu dia terdiam. Setetes air matanya jatuh. Tak lama, Samsul mengangkat kepalanya. Terlihat berat sekali.
“Akh, ana telah melakukan sesuatu kesalahan yang besar! Kesalahan yang membuat ana menjadi benar-benar terjerembab kedalam lubang kenistaan. Lubang fitnah yang teramat dalam. Ana, tak sanggup berdiri lagi akh! Ana malu. Sungguh ana malu” ucap Samsul dengan deraian air mata yang sudah tak tertahankan lagi.

“Afwan, memangnya apa kesalahan antum!” tanyaku penasaran.

“Akh, suatu kali ana pernah membonceng seorang akhwat! Yang pada saat itu, dia memang tidak mempunyai uang lagi untuk pulang. Ana pada saat itu kasihan! Sehingga muncul ide untuk membonceng akhwat itu. Karena pada saat itu ana juga nggak punya uang untuk ana berikan kepada akhwat itu!” Samsul berhenti sejenak, mengusap air matanya. “Ana yang memaksa akhwat itu untuk mau dibonceng. Dengan dalih bahwa ana saat itu membawa tas yang besar, yang dapat menjaga hijab antara ana dan akhwat itu! Setelah itu, ana mengantar akhwat itu pulang. Lalu tak lama muncul ghibah (gossip) antara ana dan akhwat itu. Mengingat ana dan akhwat itu memang dekat. Dekat dalam artian, bahwa akhwat itu adalah sekretaris ana.” Secara mendadak Samsul langsung menghentikan perkataannya. Tangisnya berderai kembali, sambil terisak dia kembali mengatakan “ana telah merusak akhwat itu! Dia telah tercemar dengan noda yang ana buat. Dan orang yang paling ana segani, malah percaya dengan orang lain. Dari pada dengan ana.”

“Mentor antum?” tanyaku

“I…ya!” jawab Samsul terbata-bata.

“Ana boleh tahu, mentor antum siapa?”

“Akhi Shulthon!” jawabku singkat.

“Akhi Shulthon! Ikhwan ekonomi itu yach? Adek kelas ana!” tanyaku penasaran.

“Iya, akh!”

“Hem! Begini akh! Ana mungkin, perlu menceritakan tentang kasus ikhwan yang lain. Pernah ada seorang ikhwan yang pada saat itu dia sedang naik angkot. Yang pada saat itu, angkotnya sangat penuh. Sehingga ikhwan itu harus berdesak-desakan dengan penumpang yang lainnya. Dan lucunya, disamping ikhwan itu adalah seorang akhwat. Yang terpepet juga bersama sang ikhwan. Ironisnya lagi, si akhwat berada pas disamping kanan ikhwan, yang pada saat itu si akhwat sudah sangat terpojok. Sehingga terlihat, bahwa si Ikhwan sedang berdua-duaan dengan si akhwat. Sesudah peristiwa itu, tak lama. Muncul ghibah, bahwa si Ikhwan sedang berdua-duaan dengan akhwat, didalam angkot. Dan yang ironisnya lagi, bahwa si Akhwat adalah kader bawahan si Ikhwan. Hanya sayang si Ikhwan tidak mengetahui si Akhwat adalah kader bawahannya, karena si Ikhwan tidak pernah memandang Akhwat di organisasinya dengan tatapan langsung! Setelah muncul ghibah itu, kabarnya si Akhwat sudah tidak pernah terlihat lagi diorganisasi! Kata beberapa sumber, bahwa si Akhwat malu dan futur akibat dari ghibah itu.” Sejenak aku menatap Samsul dengan senyum. “menurut antum, siapa yang salah?” tanyaku.

“Apakah itu benar, pernah terjadi?” balik Tanya Samsul

“Iya memang pernah! Dan yang terkena itu adalah senior ana. Sebelum antum masuk kuliah!”

“Ana bingung, Akh! Entahlah, siapa yang salah?” ucap Samsul, serba salah.

“Tidak ada yang salah! Yang salah, adalah yang percaya.”

“Maksud, antum?”

“Iya, yang salah adalah yang percaya dengan cerita itu. Karena pada dasarnya, semua itu adalah ujian. Baik yang melihat si Ikhwan dan si Akhwat pada saat diangkot, maupun juga si Ikhwan dan si Akhwat. Karena pada dasarnya, ujian bagi yang melihat si Ikhwan dan si Akhwat itu, adalah ujian bagi lisannya. Dan ujian bagi si Ikhwan dan si Akhwat itu, adalah ujian kekuatan keimanan mereka berdua. Saat dilanda dengan peristiwa seperti itu. Jika mereka kuat menahan ujian itu, maka mereka akan mendapatkan peringkat yang baik di hadapan Allah swt. Tetapi jika mereka tidak kuat, maka akan menjadi kerugian bagi mereka!”

“Lalu bagaimana dengan kasus ana?” ucap Samsul bingung.

“Ya.., sama! Jika antum dan si Akhwat kuat dengan ujian itu. Dan antum memang nggak ada maksud apapun selain menolong akhwat pada saat itu. Maka Insya Allah, akan ditutupi oleh Allah dengan sendirinya.”

“Lalu sikap ana gaimana, pada ikhwan dan akhwat yang sudah yang sudah mempercayai ghibah itu?”

“Antum tinggal, diam saja! Nggak usah memperbesar masalah. Kalau mereka bertanya, katakana yang sebenarnya! Kalau mereka nggak nanya dan ngomong dibelakang. Ya sudah, dosa ditanggung mereka. Toh kita sudah diingatkan Allah, untuk selalu menerapkan rasa ingin tahu kita dengan bertanayyun.”

“Iya, ana akan menerapkan taujih antum!” ucap Samsul, terlihat sangat lega.

“Akh, apakah hina seorang Ikhwan yang menolong Akhwat? Padahal kita selalu diajarkan untuk menolong. Apalagi saudara seiman kita sendiri. Ya, memang pada dasarnya kita tidak diperbolehkan berkhalwat, atau bahkan bersentuhan dengan yang bukan muhrim. Tetapi secara garis besar, jika masih ada bentuk pertolongan yang lebih baik. Maka cara itulah yang harus dipergunakan. Tetapi manakala memang tidak bisa. Ya.., dengan terpaksa kita tetap harus menolong. Meskipun kata saudara-saudara kita, itu dilarang atau tidak syar’I. Kalau memang tidak ada pertolongan lain, maka ana yakin. Bahwa itu juga termasuk rhukso.”

Tak lama Samsul merobek-robek kertas yang berada digenggamannya. Kertas yang menuliskan semua isi hatinya. Yang bertuliskan.

“Aku bingung, aku benar-benar bingung. Sungguh aku benar-benar bingung. Hanya kata bingung yang dapat aku berikan. Ya Allah sungguh aku benar-benar bingung. Sungguh tidak aku sangat bingung, mungkin aku sudah gila. Sangat-sangat gila. Semua otakku berpatri pada kegilaan. Sehingga semuanya menjadi gila. Bingung dengan kegilaan yang mendalam. Ya Allah apakah Engkau memberikan aku rasa gila inibegitu dalam? Sungguh aku tak kuasa mendapatkan rasa gila ini.
Ya Allah maafkan semua salahku. Jadikan aku begitu kuat. Kuat sehingga aku bisa mengalahkan hati dan nafsuku. Sekuat aku bisa menghabisi musuh-musuhMu. Ya Allah berikan aku kekuatan. Kekuatan yang mampu menahan rasa Maluku kepada hamba-hambaMu yang tahu dengan kejelekanku. Sekuat-kuatnya ya Allah. Aku maluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
uuuuuuuuuuuu sungguh aku sangat malu ya Allah. Aku bingung, gila dan malu. Semua ada pada diriku. Aku terkucil, aku benar-benar terkucil. Menjadi orang buangan yang tidak dihargai makhlukMu. Ya Allah apakah aku harus berhenti dari jalanMu.
Ya Allah apakah aku harus keluar dari jalanMu, ataukah aku harus mencari jalan lain yang menuju kepadaMu. Yang orang-orangnya tidak suka mencemooh, yang orang-orangnya tidak merasa paling tinggi, yang orang-orangnya tidak merasa paling shalih, apalagi orangnya suka memerintah seenaknya sendiri. Ya Allah jangan kumpulkan aku dengan orang yang sukanya membicarakan kejelekanku. Jangan dekatkan aku dengan mereka. Jangan biarkan aku berdekatan dengan manusia-manusia yang telah menafikkan kebenaranmu. Yang selalu membicarakan kebenaranMu tetapi mereka sendiri mengacuhkannya. Yang begitu senang membicarakan kejelekan saudaranya.
Ya Allah kumpulkan aku dengan hamba-hambaMu yang sukanya mengingatkan aku dengan kelembutan bahasa mereka, kesantunan perilaku mereka, dan selalu menjadikan aku teduh dalam naunganMu. Ya Allah temukan aku kepada mereka. Sungguh sampai saat ini aku belum menemukannya, yang aku temui hanyalah orang-orang yang sukanya membicarakan kebenaranMu tetapi tidak melakukan kebenaran itu. Yang sukanya hanya mengingatkan orang lain tetapi diri mereka selalu lupa dan selalu alpa.
Ya Allah berikan aku kesabaran, kesabaran yang selalu dapat membimbing dari jalanMu kejalanMu. Ya Allah aku dulu begitu senang denganMu, tetapi aku sekarang malah menjauhiMu. Aku dulu adalah orang yang brutal, tetapi santun dihadapanMu. Aku dulu adalah orang yang na’if, tetapi patuh dengan aturanMu, aku dulu adalah orang-orang yang keji, tetapi aku sangat menyayangiuMu. Ya Allah kata mereka aku berada pada jalanMu, tetapi sungguh ya Allah aku tidak merasakan berjalan dengan orang-orang yang selalu mengikutiMu, kenapa ya Allah? Orang yang aku anggap sangat dewasa. Ternyata hanya seorang yang menyakitkan hati. Orang yang aku anggap pembela, ternyata hanya bisa menjadikan keluasan dalam berpikir saja. Sungguh ya Allah, aku ingin kembali kepadaMu. Ini do’aku ya Allah. Panggil aku. Berikan aku kenikmatan seperti dulu lagi. Kenikmatan yang selalu mengingatMu. Berjalan pada kewajibanMu. Senang dengan sunnah-sunnah RasulMu. Tidak terlepas dari kebaikan yang Engkau anggap baik. Ya Allah aku mohon pertolonganMu. Sungguh ya Allah tolong aku. Toloooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooong aku ya Allah. Aku sangat miskin. Aku sangat dholim, aku sangat pusing. Berontak pikiranku ya Allah. Sungguh. Aku sangat benci semua ini. Tetapi aku mohon ya Allah, jangan memberikan pikiran kepadaku untuk membenciMu. Aku membenci semua ini. Tetapi aku mohon lagi ya Allah, berikan aku kesenangan untuk selalu menyembahmu LAGI. Aku futuuuuuuuuuuuurr. Aku gilllllllllllllaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaa. Sangat gilaaaaaaaaaaaaaaa. Aku ingin menangis ya Allah. Tetapi aku malu. Sangat malu. Aku malu selalu menangis dihadapanMu. Dengan dosa-dosa yang selalu aku perbuat. Memang ya Allah aku adalah makhluk yang selalu berbuat salah dan dosa. Tetapi apakah aku harus selalu berdosa. Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Allah. Aku memang orang bodoh, goblok dan brengsek. Entah kata-kata buruk apa lagi yang harus dituju padaku. Ya Allah aku muak, sungguh ya Allah. Aku muak dengan semua ini. Tapi ya Allah jangan buat aku muak kepadaMu. Jangan berikan perasaan kepadaku rasa muak.”

Nantikan selanjutnya di Bidadari Untuk Ikhwan di (BAG. 9) Sesaat Lagi… ^_^
  
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA
  1. Kerja System Online
  2. Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya
  3. Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online, Per-Input dapat komisi Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji Anda 10RbX50Data=500Rb Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan 500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
  4. Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi Internet, Dapat Dikerjakan dirumah/diwarnet.
  5. Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar