Sabtu, 29 Oktober 2011

Panggil Aku Ney

"Ney…”, sapa Bunda. Aku berbalik arah karena terkejut akan kehadiran Bundaku di depan kelas kesayanganku ini. Entah kenapa kali ini aku sangat takut kepada Bunda, ketimbang kepada Bu Yos, wali kelasku yang super killer, padahal Bunda tak pernah semarah ini seperti saat Bunda menyanggupi panggilan Bu Yos sebelum-sebelumnya.           

Ya…namaku Neyshaa Azella, panggil aku Ney saja. Aku murid SMA Harapan 3 Jakarta,siswi tahun pertama. Aku baru saja 3 bulan sekolah di sini, dan 3 kali pula Bunda sudah datang ke sekolah menemui wali kelasku. Apalagi kalau bukan karena kenakalanku di sekolah. Tapi menurutku, aku tak pernah nakal, aku hanya megapresiasikan hak dan ekspresiku di sekolah.Wajar saja bukan?, Bu Yos saja yang berlebihan. Toh aku juga gak buruk-buruk amat.            

Pada panggilan pertama, bulan pertama, Bunda di panggil karena aku menyurati Bu Yos tentang sikapnya yang gak asyik BeGeTe menurutku, padahal kan memang begitu, banyak dari kami tidak memperhatikan pelajaran Bu Yos, malah justru lebih takut kepada Bu Yos daripada fokus terhadap yang diajarkan beliau. ”Apa itu salah? Biasa aja deh! Malah justru bagus dong,biar Bu Yos tau ‘N  gak semena-mena getu.Biarlah! asal temen-temen semua enak nerima pelajarannya, ya gak?! Harus gitu donk!”, pidatoku pada teman-teman sekelasku saat ku ditanya mereka perihal Bunda yang saat  itu baru keluar  kelas dengan marah-marah dan wajah yang merah padam.         

Pada panggilan kedua, bulan kedua, Bunda kembali di panggil karena aku sengaja menarik rambut kakak kelasku karena dia sengaja menghina salah satu temanku.”Kaya kecakepan banget sih tu kakak, kaya cantik ja! Cakepan juga gue!”, kataku saat Bunda kembali marah, dan reaksiku pun kembali sama. Hufth…            

Pada panggilan kali ini, Bunda tampak tidak marah, tetapi Bunda kelihatan lagi merajuk kepadaku, Bunda diam saat aku bertanya apa hukumanku kali ini, samakah dengan sebelumnya? disuruh mengikuti jam tambahan Bu Yos kah? atau lari lapangan + scout jump lagi kah?. Tapi Bunda tetap membisu. Ya, aku akui kali ini memang aku agak keterlaluan, aku memukul sarang lebah di depan kelasku dan mengenai Pak Darso, guru olahragaku, sehingga dia terpaksa opname gara-gara sengatan lebah. Tapi sungguh, aku tidak bersalah, aku hanya ingin teman-temanku safety aja, mending kan satu orang yang opname daripada satu kelasku yang opname gara-gara lebah-lebah itu?.          

Sekolah ini memang sungguh aneh, kenapa keadilan dan hak tidak ditindak lanjuti secara tegas, kenapa perbuatanku dianggap sebelah mata? Padahal kan aku ingin menunjukkan, betapa pentingnya keadilan dimanapun, dan harus dihormati oleh siapapun. Aku memang dari awal tidak setuju kalau Bunda menempatkanku disini. Padahal aku ingin sekali bersekolah di sekolah kemiliteran saja. Yang setidaknya menjunjung apa arti keadilan itu. Hehehe…tapi aku sudah terlanjur disini. Ya, terima sajalah!.        

Benar dugaanku, aku diskors sampai Pak Darso keluar dari rumah sakit. Tapi justru entah kenapa aku menyukai itu, setidaknya aku tak terisolir dengan dinding-dinding sekolah itu selama beberapa hari. Dan Bunda, Bunda kali ini mentoleransi kesalahanku lagi. Baik ya… atau karena bunda capek terhadap semua ini? Terserah pemikiran bunda lah. ”Ney, Bunda tau kamu gak salah, kamu ingin menegakkan apa yang sebenarnya harus ditegakkan. Tapi cara kamu salah beby, tidak seperti itu, kamu bukan anak kecil lagi, kamu udah SMA, udah gede. Ada cara tersendiri sayang, bukan begini yang Bunda ajarkan…”, nasihat Bunda. “Ya bun,aku kan gak sengaja! Bunda kan tau sendiri, maunya Ney gimana? Maklum sajalah bun!”, jawabku sama sepeti sebelum-sebelumnya. Dan Bunda, terpaksa tersenyum lagi menghadapi tingkahku. Hal yang klasik.      

 Teman-teman sekolahku menganggap aku sebagai pahlawan mereka. Tapi, banyak juga yang beranggapan sebaliknya.”Tapi up to you lah!”, fikirku. Ya, mereka memanggilku Ney. Aku terkenal di sekolah karena kenakalan-kenakalan yang aku perbuat, bukan karena prestasi. Aku tak menganggap itu sulit. Bagiku tak ada kata menyerah, mundur dan takut selama benar dalam kamus Ney, ingat dalam kamusku!. Aku memang anak yang sangat pemberani di mata orang-orang sekitarku, karena mungkin kata-kata almarhum Ayahku telah menjadi pedoman bagiku, aku tak boleh jadi anak cengeng dan kalah.       

Hari ini adalah hari yang terik. Seperti biasa aku mengendarai Honda Jazz-ku dan berjanji menjemput Bunda di kantornya. Bunda bekerja sebagai loyer atau pengacara sebuah perusahaan swasta. Dulu Ayahku juga bekerja di sini, tapi dulunya Ayahku adalah seorang notaris pribadi perusahaan ini. Ya dapat ditebak, setiap ke kantor ini aku teringat oleh Ayah terhebatku itu. Sekaligus bersyukur, karena pekerjaan Bundaku ini juga yang meringankan hukuman sekolahku, yang mungkin seharusnya lebih berat dari hukuman-hukuman itu. Bahkan jika Bunda tak pandai membelaku, mungkin aku sudah dimutasi atau di keluarkan dari sekolah ini. Sungguh bangganya aku memiliki Bunda dan… pernah memiliki Ayahku.     

Entah kenapa Bunda hari ini tidak seperti biasa. Dia begitu ceria, senyum sana-sini, seperti ABG  jatuh cinta. Awal mulanya ku negative-thinking bahwa Bunda akan memperkenalkanku pada Ayah baru. Atau jangan-jangan Bunda mau… membuangku ke panti asuhan?,Oh My God!.Tapi ku percaya Bunda tak seperti itu. Mana tega Bunda membuang anak satu-satunya ini?. Sungguh, maafkan aku Tuhan, maafkan aku Bunda!.    

Setelah hampir setengah jam aku dan  Bunda menyusuri keramaian kota, akhirnya Bunda mengisyaratkan supaya aku memberhentikan mobil. Kali ini Bunda mempercayai aku yang  memegang kemudi, tak seperti biasa, Bunda selalu cerewet dalam hal kemudi, ia tidak pernah mempercayai aku mengemudi, karena dianggapnya remaja sepertiku akan ugal-ugalan, padahal aku juga tidak pro apabila ada anak seumuranku ugal-ugalan di jalan. ”Pa mereka gak sayang nyawa ya? atau pingin mati muda dan jadi calon-calon penghuni kubur masa kini? Ih…Gue sih ogah!!!”, batinku dalam hati. Bunda sangat berbeda hari ini, dan hatiku semakin berdebar-debar.  

 “Haaaaaaa???Bunda ngapain ngajak aku ke sini?”, tanyaku heran pada Bunda. ”Ada yang mau Bunda tunjukin sayang…”. Ya,kami tiba di taman kecil pribadi milik Ayah di pinggiran kota, padahal sejak meninggalnya Ayah 5 tahun lalu,kami sudah tidak pernah datang sekalipun kesini. Bunda takut melihatku sedih, karena Bunda tidak mahu aku sakit lagi karena ingat Ayah. Dulu sewaktu Ayah meniggal karena sebuah kecelakaan kecil, aku sangat syok dan tiba-tiba demam sampai berbulan-bulan. Maklumlah aku sangat dekat dengan Bunda dan Ayah. Jadi aku tidak sanggup kehilangan salah satu dari mereka. Tapi karena kejadian itu pun aku juga sadar, aku tidak boleh larut dalam masalah dan harus tetap kuat sekaligus berani menghadapi dunia seperti saat ini. Bunda tahu sekali, kalau aku merindukan tempat ini. Sangat merindukan. Thanks to Bunda…     

Bunda memberikan aku sebuah bungkusan kado hijau, barulah aku teringat hari ini hari pernikahan Ayah dan Bunda. Tampak mata Bunda berbinar dan meneteskan air mata. Tapi Bunda berusaha menyembunyikannya, sedangkan aku tetap tahu. Bunda mengeluarkan laptop-nya, dan menyuruhku membuka kado itu. Sebuah kepingan DVD yang aku dapati. Bunda meraih kepingan DVD itu dan menyetelnya. Tidak terduga olehku. Ternyata itu adalah Video Album kami, seluruh kenangan keluarga besar kami, terutama kenangan aku, Ayah dan Bunda ada disini.”Putrinya Ayah harus berani ya? Ayah sama Bunda kan pemberani, masak putrinya penakut sih? Tapi sayang, pemberani bukan berarti nakal lho! Tapi, harus tetap menghormati privasi dan hak orang lain, okey! Ayah dan Bunda sayaaaaang Ney!”, terdengar olehku memori suara Ayah dulu, saat Ayah hendak mengantarku tidur, kebiasaan Ayah sebelum Ayah meninggal dulu.    

Kulihat wajah lelah Bunda, tidak tega aku membangunkan Bunda yang sedang tertidur di bawah pohon elf tempat kami berteduh. Ku lihat wajah cantik Bunda kali ini terlihat benar-benar cantik, lebih dari biasanya. Aku sadar tak semua perbuatanku benar, aku hanya merepotkan Bunda, aku menyesal. Mulai sekarang, aku berjanji, tidak akan buat Bunda susah lagi, tidak melakukan semua sesuka hati, menerima semua pendapat orang tentang aku dan menjadikannya semangat, agar aku menjadi sesuatu yang lebih baik. ”Aku sayaaaaang Ayah”, kataku pelan. Dan Ney sayang Bunda…banget!”, bisikku pada Bunda. Dan kulihat Bunda tersenyum dalam tidurnya.
  
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA
 
  1. Kerja System Online
  2. Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya
  3. Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online, Per-Input dapat komisi Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji Anda 10RbX50Data=500Rb Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan 500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
  4. Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi Internet, Dapat Dikerjakan dirumah/diwarnet.
  5. Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar