Rabu, 12 Oktober 2011

♥♥ ~* ::Bidadari Untuk Ikhwan (BAG. 7):: *~ ♥♥


Yuk baca lagi.... Bagi yang belum baca BAG (1) Sampai BAG (6) Silakan Buka Page "Strawberry" Ini baca sebelum catatan Bag (7) ^_^

Karya : Fajar Agustanto

*
Suasana pagi begitu sejuk. Matahari bersinar tetapi tidak begitu terik. Teman-teman kontrakan sudah banyak yang bersiap untuk berangkat kuliah. Seperti biasanya. Aku masih santai duduk-duduk diteras, sambil menunggu siapa yang akan berangkat duluan. Itung-itung bisa nitip ngeposkan surat dikampung. Tak lama muncul Heri dengan, terlihat sudah siap untuk berangkat kuliah.

“Akh, mau berangkat yach!” sapaku

“Iya! Antum nggak bimbingan Akh?”

“Nggak, lagi pengen nyantai dulu! Oh ya, ana bisa nitip ngeposkan surat akh?”

“Wah surat-suratan sama siapa nich!” setelah Heri melihat alamat yang dituju. Dia mengatakan “Kenapa nggak lewat telphon aja? Kan lebih cepat dan efisien!” jelasnya.

“Hem… nggak, ana lebih leluasa kalau pake surat! Biaslah, katakan dengan penamu” ucapku bercanda.

Heri mengangguk-angguk sambil terlihat tersenyum.

“Ok, akh! Ana berangkat dulu. Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam! Akh, ini uang untuk beli perangkonya” kataku sambil merogoh saku celana.

“Nggak usah, Akh! Nanti aja, totalan belakang” ucapnya sambil ketawa-ketawa.

“Ok deh, makasih!”

Kini surat telah dikirim. Tinggal menunggu balasannya. Aku masih tetap duduk-duduk dalam ruang batas yang tak tentu. Anganku kini menerawang, menembus mega-mega yang riak berarak mengelilingi bumi dengan putihnya. Sosok Farah kembali bersemayam di otakku. Farah bagaikan hantu yang terus mengikutiku. Menjadikan aku lupa akan semuanya. Mungkin Allah ingin menguji tentang keistiqomahanku untuk menjaga niat. Niat untuk menyempurnakan agama Islam ini. Menikah. Aku seharusnya tidak boleh termakan oleh rayuan bayang-bayang fana ini. Bayang-bayang Farah adalah syetan yang menginginkanku untuk melepaskan niatku. Sungguh cobaan yang sangat sulit untuk dipertahankan. Tetapi aku harus bisa. Aku harus bisa mempertahankan, menjaga niatku. Untuk aku persembahkan pada istriku kelak. Farah Zahrani.

“Akh, ngelamun aja!”

Sontak aku kaget. Saat Samsul menegurku.

“Hem… antum ini kok senangnya ngagetin orang!”

“Nah, antum sendiri kok ngelamun aja! Antum nggak bimbingan?”

“Nggak! Ana sudah bisa nyantai sekarang. Tinggal nunggu ujian skripsinya aja!”

“Wah enaknya, antum sudah nggak ada beban lagi! Nggak kayak kita-kita lagi. Yang beban kuliah masih berada dipundak. Berat!” ujar Yanto yang sudah berada disamping Samsul.

“Iya dong! Makanya kalian kuliah yang baik-baik. Jangan sampai mengecewakan orang tua! Orang tua kalian itu susah-susah bayar kuliah, makanya jadi anak yang bisa membanggakan orang tua” kataku sambil berlagak jadi orang tua.

“Iya… Mbah!!!” serentah ucap Yanto dan Samsul, sambil ketawa.

“Akh Deni kemana? Apa nggak ada kuliah dia? Ana dari tadi nggak melihatnya!”

“Loh, antum itu gimana! Akh Deni kan pulang kekampung. Katanya, kakak perempuannya mau menikah!” jawab Yanto.

Samsul mengiyakan perkataan Yanto, dengan mengangguk-anggukkan kepala.

“Oh!”

“Nah kalau antum kapan Akh?” Tanya Yanto.

“Antum? Siapa sich! Ana apa Akh Samsul?” jawab sok tidak tahu maksud Yanto.

“Antum itu ngeles aja Akh!” ujar Samsul

“Udah-udah nanti antum terlambat loh! Tuh dah pukul 8.30!” ucapku mencoba mengakhiri pembicaraan.

“Hehehe… ada yang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan! Ana dengar-dengar sudah ada seorang Ikhwan yang berta’aruf dengan Ukhti Farah, loh Akh!” ucap Yanto ngejek

“Hehehe… antum keduluan nich akh!” ujar Samsul sambil cengengesan.

“Yeee… biarin. Tuh Ikhwan pasti orangnya cakep and smart! Soalnya, sudah berani berta’aruf dengan Ukhti Farah” ujarku

“Yup… pasti! Yang pasti sich, nich ikhwan kalau kemana-mana nggak jalan kaki. Nggak suka blusukan diperkampungan kumuh. Lalu nggak bergaul dengan preman-preman kampung” ujar Samsul sambil ketawa.

Kami serempak ketawa bareng.

“Udah deh! Ana berangkat dulu, nanti bisa-bisa ana nggak boleh masuk kelas” ucap Samsul

“Iya, ana juga mau berangkat!” sahut Yanto

“Assalamu’alaikum” serempak mereka berdua mengucap salam

“Wa’alaikumsalam”

Teman-temanku belum tahu, kalau sebenarnya. Seorang ikhwan beruntung, yang akan menikahi ukhti Farah. Adalah ikhwan yang biasanya kalau kemana-mana jalan kaki. Sukanya blusukan diperkampungan kumuh. Lalu senangnya bergaul dengan preman-preman kampung. Ucapku dalam hati. Aku masih duduk dalam kesendirian. Sendiri karena teman hidup masih belum terikat. Terikat dalam janji suci Ilahi. Teh dan sebuah buku Fiqih Prioritasnya Dr. Yusuf Qaradhawi, menemaniku. Suasana lambat laun menjadi sepi, keramaian hilir mudik para mahasiswa, siswa sekolah dan pekerja. Sudah tak tampak lagi.

“Kebanyakan orang-orang yang pergi ke tanah suci pada musim haji setiap tahun adalah orang-orang yang tidak lagi dibebani untuk melaksanakan kewajiban ini, karena mereka telah melakukannya pada masa-masa sebelumnya. Orang-orang yang pergi ke tanah suci dan sebelumnya belum pernah melaksanakan ibadah ini, jumlah mereka tidak lebih dari 15%. Kalau kita asumsikan bahwa jumlah jamaah haji 2.000.000 orang, maka jumlah orang yang baru pertama kali melakukan ibadah ini tidak lebih dari 300.000 orang. Alangkah baiknya bila dana yang mereka keluarkan untuk ibadah sunnah itu, dimana jumlah mereka ada mayoritas, begitu pula orang-orang yang melakukan ibadah umrah sunnah sepanjang tahun, khusunya pada bulan Ramadhan. Dialihkan untuk mendanai perjuangan di jalan Allah SWT. Atau untuk menyelamatkan saudara-saudara mereka, muslimin dan muslimat, yang terancam kehancuran material maupun spiritual. Dan untuk membiayai mereka dalam menghadapi musuh-musuh mereka yang ganas, yang menginjak-injak kehormatan mereka, dan tidak menginginkan keberadaan mereka di dunia ini. Negara-negara di dunia ini sebenarnya melihat dan mendengar keadaan mereka, akan tetapi mereka berdiam diri dan tidak bergerak, karena sesungguhnya kemenangan itu berada di pihak yang kuat dan bukan kekuatan di pihak yang benar. Bisyr al-Hafi pernah mengatakan, “Kalau kaum muslimin mau memahami, memiliki keimanan yang benar, dan mengetahui makna fiqih prioritas, maka dia akan merasakan kebahagiaan yang lebih besar dan nuansa kerohanian yang lebih kuat. Setiap kali dia dapat mengalihkan dana ibadah haji untuk memelihara anak-anak yatim, member makan orang-orang yang kelaparan, member tempat perlindungan orang-orang yang terlantar, mengobati orang sakit, mendidik orang-orang yang bodoh, atau memberi kesempatan kerja kepada para penganggur.”

Masya Allah. Ucapku lirih dalam hati. Buku fiqih prioritasnya Dr. Yusuf Al Qaradhawy, seharusnya dapat menggugah para orang-orang muslim yang kaya untuk dapat bersatu merapatkan shaff dalam barisan perjuangan. Sehingga tidak terjadi suatu kehendak yang hanya bersifat keshalehan pribadi, tetapi tidak mendapatkan sebuah kemaslahatan pada masyarakat. Banyak sekali orang-orang yang hanya menginginkan keshalehan individu. Sehingga menafikkan keshalehan umum. Menganggap bahwa, suatu hal yang menurut kehendaknya menyenangkan. Maka itulah yang harus dia lakukan, untuk menyenangkan hatinya. Yaitu sebuah kesenangan yang hanya menentramkan hatinya, tetapi mengacuhkan kesenangan saudara-saudaranya. Banyak orang-orang muslim yang masih sangat membutuhkan uluran tangan dari saudara-saudara muslim yang lainnya. Kalau lah kita hanya menyalahkan para misionaris yang sedang gencar-gencarnya memurtadkan orang-orang Islam. Itu tidaklah adil. Karena letak dari kesalahannya, adalah karena kita tidak pernah perduli dengan saudara-saudara kita sesame muslim. Sehingga itsar, satu kata dalam barisan muslimin telah terkoyak dan rusak. Itsar hanya menjadi selogan kosong, dan hanya menjadi kenangan sejarah yang mengagumkan. Bukan menjadikan semangat kita, untuk menjadikan contoh bagi diri dalam mencintai saudara-saudara muslim.

Aku jadi teringat sebuah cerita para pasukan muslim yang akan bertempur melawan tentara kafir. Saat-saat para tentara kafir mengira bahwa tentara Islam tidak pernah melatih kekompakan. Tetapi, tidak diduga-duga. Saat tentara kafir melihat tentara Islam yang sedang menyebrang sungai. Hingga salah satu tentara Islam kehilangan kantong air minumnya kedalam sungai. Tanpa dikomandopun, seluruh tentara Islam langsung mencari kantong air milik saudara seimannya. Melihat kejadian itu, seketika tentara kafir langsung menyerah. “Bagaimana kita akan menyerang sebuah pasukan. Yang pasukan itu sangat perduli dengan temannya. Kalau kita bunuh salah satu tentara Islam. Pastilah mereka semua akan membinasakan kita” ucap panglima perang tentara kafir. Sungguh ini menjadi pelajaran bagi umat Islam. Pelajaran untuk saling perduli dengan saudara seimannya. Itsar.

Aku beranjak dari tempat dudukku. Teringat,kalau aku mempunyai sebuah kewajiban. Kewajiban untuk saling mengingatkan. Aku ingat,kalau saat aku harus mengisi kajian para preman. Bergegas aku mengambil anduk serta peralatan untuk mandi. Biasa,kalau lagi nggak kuliah atau nggak ada kegiatan mandi hanya sore saja. Paling nggak aku harus membiasakan diri mandi 2 kali sehari. Agar nanti nggak malu kalau sudah menikah dengan seorang bidadari.

Benar-benar segar rasanya. Sungguh Allah benar-benar maha sempurna. Menciptakan sesuatu tiada sia-sia. Bahkan air pun, sungguh berharga. Sampai-sampai Allah, selalu mengiming-imingi surganya dengan air sungai yang mengalir segar. Sungguh bodoh orang-orang yang mengatakan "Perumpamaan Allah itu hanya untuk orang-orang Arab saja! Allah,hanya menakut-nakuti orang Arab dengan Api. Dan memberikan gambaran surganya dengan Air! Ya,memang orang Arab pasti takut dengan Api karena mereka tinggal didaerah panas dan mereka akan senang dengan Air karena mereka benar-benar membutuhkan"

Pernyataan yang bodoh. Sesungguhnya semua pada dasarnya menyukai air dan tidak menyukai api atau yang berhawa panas. Lalu apakah orang-orang Eskimo suka memakan api? Karena mereka tinggal di Kutub! Tentu tidak,jikalau mereka terbakar mereka pun akan kepanasan dan sesungguhnya, api yang sangat kecil pun bisa menyakiti manusia. Tidak seperti es atau air.

Kini aku sudah bersiap untuk berangkat menuju ladang pahala yang siap untuk dicangkul. Dan semoga aku dapat menuai hasilnya kelak. Desa kumuh tempat mangkal kajian para preman tidak jauh dari tempatku. Jjadi hanya dengan berjalan kaki, maka akan lebih cepat. Kalau naik angkot, malah harus muter-muter dulu. Matahari begitu terik, meskipun waktu masih menunjukan pukul 10 pagi. Langkahku tegap penuh semangat menuju pahala yang menanti untuk aku petik dan aku menikmati kelak dimasa yang akan datang.
Mata ini sudah memandang sederan rumah-rumah kumuh yang membentang. Beda sekali dengan perumahan-perumahan yang aku lewati. Sungguh ironis, kehidupan hedonis yg menyekat mereka. Menyekat antara si miskin dan si kaya. Apalagi kekuatan kapitalitas begitu gencarnya menghancurkan orang-orang miskin. Tapi tunggu, umat Islam akan bangkit. Memumpuk kejayaan masa silam yang gemilang. Dan umat-umat kafir menjadi umat-umat yang meminta perlindungan umat Islam. Allahu Akbar.

Sebuah rumah kecil, sudah terlihat. Tempat mangkal kajian para preman. Rumah Bang jamal.

"Assalamualaikum" salamku

Serentak orang-orang yg didalam rumah menjawab "Walaikumsalam"

Sungguh lega, kini aku sudah dikelilingi orang-orang yang siap untuk menimba ilmu. Berjihad dalam mencari ilmu.

"Maaf, saya terlambat yach?"

Bang jamal tersenyum.
"Oh, tidak Khalid! Kita hanya berkumpul lebih awal saja"

"Wah ada sesuatu yg penting yach Bang?" tanyaku heran

"Iya, Khalid! Bahkan sangat penting sekali. Kita berkumpul lebih awal disini, untuk membicarakan sesuatu pada kamu, Khalid" ucap bang jamal

"Apa itu bang?" tanyaku penasaran.

"Kita lagi mau meminta pendapat kamu. Apa hukuman bagi orang yg keluar dari agama islam?" ucap bang Jamal. Dan serentak anak buah bang jamal pun berharap meminta jawaban padaku.

"Hukum bagi orang yg murtad, dalam islam! Pertama-tama si murtadin itu disuruh untuk kembali pada agama islam dan bertobat. Tetapi kalau tidak mau kembali ke agama islam, maka harus dipenggal kepalanya atau dibunuh!"

Semua orang-orang yg berada dirumah bang Jamal, memperhatikan penjelasanku.

"kalau begitu, kita harus membunuhnya sekarang!" sontak teriak Udin, anak buah bang jamal.

"Iya, kita harus memenggal kepalanya!" ucap Ghofar menyetujuinya. Anak buah bang jamal yg satu ini memperlihatkan raut muka yg sangat geram.

"Sebentar! Sebentar, Bang! Ini ada apa?"

"Khalid, Efendi telah murtad! Dia sudah tidak beragama islam lagi" ucap bang jamal.

"Oh! Tapi sebentar! Seharusnya kita harus mempertanyakan kebenarannya dulu dan setelah itu kita memperingatkan Efendi dulu, untuk masuk pada agama Islam lagi dan menyuruhnya untuk bertobat! Dalam islam orang murtad tidak langsung dipenggal atau dibunuh" ucapku

"Tapi, Efendi sudah nyata-nyata murtad kok! Dia sendiri yg bilang kalau dia sudah pindah agama" ucap udin.

"Hem, kalau seperti itu pun kita tidak boleh membunuh Efendi! Karna kita bukan dinegara Islam. Kita dinegara yang memiliki hukum sendiri. Jadi kita tidak bisa seenaknya menghukum orang dengan kehendak kita" kataku.

"Tapi, Khalid. Efendi telah murtad. Bukankah dalam hukum islam, seorang yg murtad harus dibunuh" sahut Ghofar lagi,sembari mengepalkan jarinya. Seraya ingin menghajar Efendi.

Memang jika para preman sudah dibekali dengan pemahaman ilmu agama yg kuat. Semangat mereka untuk menerapkan agama Islam menjadi sangat tinggi. Tetapi, tetap aku harus bisa mengontrol semangat para preman ini. Karena, jika tidak. Ppara mujahid-mujahid ini akan mengalami kesulitan hukum. Dan sebagai murabi, aku harus bisa mengarahkan pandangan para preman ini. Pikirku.

"Khalid, sebaiknya kita datangi saja Efendi. Lalu kita tanya tentang kemurtadannya. Itu akan lebih baik" ucap bang Jamal.

"Iya, memang sebaiknya begitu. Tetapi jika Efendi memang murtad. Dan tidak lagi dapat diajak kembali kedalam agama Islam. Saya harap, tidak ada kekerasan. Biarlah Efendi tetap berpegang teguh dengan keyakinannya. Tetapi kita,tidak akan berhenti berjuamg untuk membela agama yg haq ini" kataku tegas.

"Kami tidak akan melakukan kekerasan, Khalid! Kamu bisa percaya pada kami" ucap bang Jamal.

Aku hanya mengangguk. Kami pun berangkat menuju rumah Efendi. Barisan-barisan mujahid yang terlihat garang dengan kemurtadan saudaranya. Bagaikan gemuruh ombak yang melaju untuk menyingkirkan batu karang. Langkah-langkah tegap, terus menapaki jejak jejak para mujahid. Sebuah rumah yg terlihat sama dengan rumah lainnya sudah terlihat dihadapan.

"Efendi keluar kamu....!" teriak Ghofar dengan keras.

"Iya cepet keluar kamu...! Kita nggak sudih melihat orang munafik seperti kamu" ucap udin.

"Iya....!"serentak mengiyakannya.

Tak lama Efendi keluar dari rumah. Dandanan kumuh, kusam, kusut. Tidak ditemui lagi pada sosok Efendi. Kulitnya yg hitam kusam, sekarang menjadi hitam manis. Rambut yg biasa awut-awutan, menjadi licin dan mengkilat. Sungguh benar-benar berbeda sekali dengan Efendi yg dulu.

"Ada apa, ini?" tanya Efendi.

"Dasar munafik! Sok tidak tahu kedatangan kita!" ucap Ghofar keras, sambil mengepalkan jemari tangannya.

"Sebentar kawan-kawan!" ucapku serius, "Kita tanya dulu kebenaran berita itu kepada Efendi. Kita masih ingat janji kita sebelum datang kesini bukan! Ingat tidak boleh ada kekerasan sama sekali. Saya yang bertanggung jawab atas semua ini"

"Iya kawan kawan. Biar Khalid yg menanyainya, dan kita tetap harus memegang janji-janji kita sejak awal" ucap bang Jamal.

Semua memandang Efendi dengan tatapan yg tajam. Tatapan kebencian yg memuncak. Tetapi tetap, mereka harus bisa menahan diri. Efendi terlihat begitu santai, dia tidak memperlihatkan rasa takutnya kepada teman temannya. Wajahnya terlihat sangat yakin, bahwa dia tidak akan disakiti.

"Efendi, apa kamu tahu kami datang kesini bermaksud untuk apa?" tanyaku

"Aku tidak tahu! Apa yg sebenarnya kalian inginkan dari aku?"

Aku tersenyum, lalu mengatakan "Efendi, kami dengar engkau sudah keluar dari agama Islam? Kami kesini untuk menanyakan hal itu!"

"Oh...! Hanya masalah itu" ucap Efendi dengan sombong. "Ya...aku memang sudah keluar dari agama Islam! Karena kalau aku tetap beragama Islam maka aku akan seperti kalian yang kumuh, kotor, dan miskin!"lanjutnya.

"Sialan kau...! Dasar munafik! Pengkhianat!" umpat beberapa pengikut bang Jamal kepada Efendi. Serentak hampir-hampir mereka akan menghajar Efendi.

"Berhenti...! Sabar...! Sabar...teman-teman" teriakku.

"Ini sudah penghinaan Khalid! Aku tidak akan membiarkan munafik itu hidup!" ucap bang Jamal dengan keras.Bang Jamal yang tadinya bersikap tenang menjadi benar-benar marah. Wajah kebenciannya tertuju pada seorang murtadin, yang telah menghina agama Islam.

"Iya Bang...! Tapi kita harus tetap sabar. Ingat janji kita sebelum berangkat! Sabar Bang dan tolong percayakan semua pada saya" ucapku menenangkan bang Jamal.

Lambat laun emosi bang jamal kian mereda. Nafas yg memburu sudah bisa dikendalikan. Wajah merah dan tatapan tajam berangsur-angsur mereda. Tetapi Efendi hanya tersenyum sinis. Efendi benar-benar tidak menampakan wajah seorang yg ketakutan. Dia terlihat sangat yakin dengan keyakinan yg dia anuti sekarang.

“Kawan-kawan, ingat kepala kita harus tetap dingin. Hati boleh panas, tetapi kepala tetap bisa berfikir realitas. Kita bisa melihat Efendi, sebenarnya dia ketakutan. Tetapi karena dia meyakini agama yg dia anuti sekarang. Dia merasa yakin bahwa dia akan selamat dari kita. Ingat kawan-kawan, Islam adalah rahmatanlil'alamin. Dalam syariat Islam, kita harus melindungi orang yang berada disekitar kita. Meskipun ada sekelompok yang kita lindungi itu adalah orang-orang kafir. Tetap kita harus melindungi dia. Sungguh, sangat besar nikmat Allah yang telah memberikan petunjuk kepada kita. Sehingga kita mengetahui yang benar dan yang salah. Saat ini, kita sedang diuji untuk mengetahui itu semua. Efendi sangat yakin dia tidak akan kita sakiti. Karena Efendi tahu bahwa Islam tidak pernah menyakiti siapa pun. Jadi kita tetap harus bersifat sabar. Meskipun Efendi murtad dari agama Islam. Tetapi ingat, kita hidup bukan di negara Islam. Saya tidak mau, ada orang yang terpancing dengan ucapan-ucapan Efendi yang menyakitkan. Kita harus ingat tujuan awal kita! Yaitu hanya mengklarifikasi kemurtadan Efendi. Tidak lebih dari itu! Sekarang kita sudah tahu bahwa Efendi sudah murtad. Dengan begini maka kita harus lebih waspada terhadap permurtadan didaerah kita"

"Tapi Khalid, apa yg akan kita lakukan kepada Efendi?" tanya Ghofar

"Tidak ada! Yang bisa kita lakukan adalah, berdoa kepada Allah agar Efendi diberi hidayah kembali oleh Allah. Sekarang kita bubar saja. Dan saya tidak ingin terjadi sesuatu pada Efendi. Ingat bahwa kita umat Islam, yang cinta damai, menebarkan selamat, dan menjadi rahmat"

"Hem, baik khalid! Saya yg akan menjamin tidak akan terjadi apapun didaerah ini" ucap bang Jamal.

Tatapan sinis Efendi, menebarkan permusuhan kepada umat Islam. Serentak kami pun membubarkan diri. Tidak akan terjadi kerusuhan, selama umat Islam tidak di terzhalimi. Tidak akan pernah terjadi perusakan didaerah Islam, meskipun itu juga dihuni oleh orang-orang non Islam. Karena Islam adalah memberi kedamaian,keselamatan dan kebahagiaan.

Nantikan selanjutnya di Bidadari Untuk Ikhwan di (BAG. 8) Sesaat Lagi… ^_^
  
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA
  1. Kerja System Online
  2. Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya
  3. Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online, Per-Input dapat komisi Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji Anda 10RbX50Data=500Rb Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan 500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
  4. Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi Internet, Dapat Dikerjakan dirumah/diwarnet.
  5. Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut

1 komentar: