Kamis, 06 Oktober 2011

“ KETIKA FARADIS JATUH CINTA”


Penulis : ♥ Afri Az Zahra 

'' Adis..............!!! Cepatan bangun sudah jam delapan ne'' suara keras Sita memecahkan keheningan pagi. 

Sesosok tubuh yang masih tertutupi selimut, mengerutu serayan membuka mata. 

'' Duh... Kak Sita bisa nggak ngomongnya pelan-pelan nggak usah pake teriak-teriak segala'' ucapnya sembari mengucek-ngucek matanya dengan jari. 

'' what..... !! Pelan-pelan, dari tadi kakak udah panggil baik-baik nggak dengar? sampai mulutku pegal tahu, kamu itu kebiasaan kalau tidur susah di bangunin'' Sita tentu saja tidak terima di salahkan adiknya. 

''huft.... Baru juga jam delapan, ini kan hari minggu biasanya Mamak baru membangunkan Adis jam 10'' 

'' Ya ALLAH, Faradis kamu ini perempuan harusnya bisa bangun lebih pagi. Sudah shalat subuh?'' 

Faradis cengengesan '' Kak Sita kapan datang?'' tanyanya. 

'' udah kagak usah ngalihin pembicaraan. Epotalah kenapa aku bisa punya adik seperti dirimu, ini apa lagi dinding kamar penuh poster-poster nauzubillah Adis..'' Sita kaget melihat poster pemain sepakbola yang berjejer di dinding kamar adiknya. 

Faradis bangkit dari tempat tidurnya, meninggalkan kakaknya yang masih mengomel. Tujuannya ke meja makan, karena setelah menonton pertandingan sepak bola semalam Ia tidak makan lagi. Di meja makan sudah terhidang nasi goreng dan telur dada sebagai lauknya. Segera ia mengambil piring dan sendok. Saat hendak memasukan sendok ke mulutnya ada yang memegang pergelangan tangannya, ia menoleh. 

''Astafirullah.... Adis, mukamu belum di cuci. Jorok sekali jadi perempuan, sana mandi dulu'' Sita menjewel telinga Faradis. 

''aaww..... Sakit kak, iya ne mau mandi dulu '' ucap Faradis sambil menahan sakit. 

Ibu mereka datang membawa keranjang berisikan sayur mayur, Ia baru pulang dari pasar. Melihat Ibunya Sita segera mencium telapak tangan ibunya sementara Faradis masuk ke kamar mandi. 

''Sita sudah lama datang?'' tanya Ibunya. 

'' Setengah jam yang lalu mak, pintunya nggak di kunci jadi Sita langsung masuk aja karena Sita tahu jam segini Ibu pasti masih di pasar. Sita nyari Faradis ee ternyata jam segini masih tidur'' tutur Sita. 

Ibunya tersenyum '' Sudah biasa itu Sita, apalagi semalam dia habis bergadang nonton sepak bola. Capek mamak bilangnya nggak di dengar '' 

'' mak, Faradis itu nggak bisa di biarin terus menerus seperti ini, dia itu sudah besar sebentar lagi lulus SMU, jika dia laki-laki tidak masalah tapi dia perempuan mak'' 

Ibu menatap Sita, putri pertamanya itu nampak begitu cantik dengan jilbab besar yang membalut tubuhnya. Dalam hati ia bersyukur sudah berhasil mendidik Sita hingga menjadi wanita muslimah dan akan segera menyelesaikan kuliahnya. Tapi entah kenapa saat mengingat Faradis hatinya menjadi sedih, apa ia telah gagal mendidiknya sehingga sifat dan karakter Faradis berbeda jauh dengan kakaknya.walau pada dasarnya ia menyadari Faradis seperti itu karena dari kecil ia lebih dekat dengan ayahnya yang kini tlah meninggal. 

''mak, maafin Sita ya, Sita sering di kota untuk kuliah dan jarang punya waktu untuk membantu mamak mendidik Adis disini'' ungkap Sita kemudian. 

Faradis keluar dari kamar mandi, ia mengenakan T-shirt lengan pendek dan celana jeans yang panjangnya selutut. Sontak saja saja Sita yang melihatnya lagi-lagi harus mengelekkan kepala dan beristikfar. 

'' Adis,,, Rok pemberian kakakmu kenapa tidak di pakai? '' tanya Ibu, ia tahu kekecewaan yang terpancar di wajah Sita. 

Adis menyisir rambutnya yang sebahu dengan ujung jari dan melempar senyum kepada ibunya. 
'' mamak kan tahu Adis nggak bisa pake rok, kecuali kalau kesekolah'' 

Sita hanya bisa menatap Faradis dengan gelengan kepala. Ia berlalu masuk ke kamarnya. Faradis segera menyantap sarapan yang sudah terhidang di meja. 

'' Mamak kenapa nggak bilang kalau kak Sita pulang hari ini?'' kata Faradis pada Ibunya. 

'' Mamak juga bari dapat kabar tadi pagi saat mau ke pasar. Kebiasaanmu sudah bisa di rubah itu Dis. Kakakmu akan menetap disini satu bulan mendatang karena sedang KKN'' jelas Ibu 

'' apa.......! Satu bulan? Baru sahari saja kaka Sita di sini rasanya sudah seperti satu bulan, apalagi satu bulan bisa kena ceramah tiap hari Adis mak'' 

ibu hanya tersenyum meninggalkan Faradis. Sementara Faradis tak lagi memiliki nafsu makan saat mengetahui kakaknya akan menetap disini selam satu bulan. Hari-hari yang penuh dengan tausyiah ala kak sita terus membayanginya. 

¤¤¤
Mentari mulai tergelam. Langit kemerah-merahan sore itu seperti semangat Faradis yang terus membara saat bermain sepak bola dengan anak-anak di lapangan. Faradis termasuk kiper yang bisa di andalkan oleh teman-temannya yang semuanya laki-laki. Di saat yang sama Sita baru kembali dari rumah kepala Desa mengantarkan surat permohonan KKN di kampung mereka dengan sepeda motor. Ia menghentikan motornya saat melihat Faradis dari jauh. Di lirik jam tangannya menunjukkan angka enam lewat, sebentar lagi azan magrib berkumandang. Sita segera berjalan ke lapangan dan memanggil Faradis. 

'' Adis ayo pulang..... '' ajaknya setengah berteriak. 

Faradis yang tadinya berkonsentrasi penuh dengan bola menoleh pada kakaknya. 
'' Kak Sita ngapain disini? Adis lagi bertanding ne'' 

'' tidak ada pertandingan-pertandingan, ayo pulang sekarang cepat! '' 

'' tidak mau, kakak pulang saja duluan '' Faradis kembali melanjutkan permainan bolanya. 

Wajah Sita merah seketika menahan amarah, kata-katanya tak di hiraukan Faradis. Sita mengambil bola yang di perebutkan Faradis dengan kaki kemudian melempar jauh keluar lapangan dan menarik tangan Faradis meninggalkan lapangan. 
'' Kak Sita, ini sama sekali tidak lucu ! Adis sudah bilang tadi ini adalah pertandingan kenapa kakak mengacaukannya'' Faradis mengelak marah. 

'' jika tidak mau aku kacaukan sebaiknya kamu pulang sekarang'' Sita juga tak dapat menahan amarahnya lagi. 

'' Tidak..... !! '' 

'' ayo pulang.. !!! '' tanpa memperdulikan Faradis lagi Sita menarik kuat-kuat tangan Faradis untuk ikut bersamanya. 

Faradis kewalahan melawan kakaknya karena tenagannya sudah habis terkuras saat bermain bola. Ia berjalan berhadapan dengan teman-temannya dan meminta maaf karena tidak bisa melanjutkan permainan. 

Sita memboncengi Faradis dengan motornya yang melaju cepat menuju rumah. Sampai di rumah ibu sedang menyiram tanaman di halaman Sita segera masuk sementara Faradis membuka sepatu bola dengan dongkol. Ibu menyuruhnya segera masuk dan mandi. Faradis mengganguk lalu masuk ke dalam rumah. Tapi ia sangat terkejut saat di depan pintu kamarnya poster bola dan baju-bajunya berhamburan. 

'' apa-apaan ini? Kenapa semua poster yang bajuku di keluarkan?'' tanyanya pada Sita yang berdiri di depan pintu kamarnya. 

''mulai hari ini tidak ada lagi bola di rumah ini dan ini bajumu akan kakak ganti dengan baju yang lebih layak di kenakan oleh seorang muslimah'' jawab Sita. 

Faradis tentu saja tidak bisa menerima tindakan Sita. Ini adalah privasinya. '' kakak tidak berhak melarangku menempelkan poster itu di kamarku. Ini kamarku dan baju-baju ini juga tidak bisa di buang begitu saja. Jangan pikir karena kakak sudah kuliah kakak bisa mengaturku, selama ini mamak saja tidak protes '' Faradis memungut baju dan poster-poster yang berserakan di lantai. 

'' aku melakukan ini karena aku kakakku dan aku perduli padamu. Kamu tahu apa anggapan orang terhadapku yang gagal mendidik adikku dengan baik ! '' 

'' perdulilah dengan anggapan orang yang suka iri dengan orang lain. Apa gunanya kuliah jika masih mendengarkan kata-kata orang lain yang menyesatkan '' timpal Faradis. 

Ibu yang mendengar keributan di dalam rumah segera masuk. '' ada apa ini? Sita kenapa baju adikmu berantakan seperti ini?'' tanya ibu 

'' Tanya saja pada Anak kesayangan mamak ini, Sita malu mak Orang-orang di luar sana pada ngomongin Adis yang sifatnya kayak lelaki'' Jelas Sita. 

Faradis tidak memperdulikannya dan segera masuk kamar mengunci pintu. 
'' Faradis mandi dulu sana'' kata ibunya. 

'' nggak mak, ntar Adis nambah malu keluarga lagi '' teriak Faradis dari dalam kamar. 

'' lho malu apa? Sita ada apa ini?''
'' Sita malu bu, tadi di rumah Pak geuchik ibu-ibu pada ngomongin Adis yang katanya kayak laki-laki. Suka main bola, bergadang nonton bola. Mereka menggangap Sita gagal membimbing Adis. Tadi juga ada ibu yang bilang sangat di sayangkan kakaknya cantik berpendidikan islam tapi adiknya...''ungkap Sita. 

'' mamak tahu perasaanmu, tapi bukan begini caranya mengatakan pada Adis. Kamu kan tahu bagaiman dia''. 

'' Sita sudah capek bu, setiap hari Sita sudah nasehatin dia tapi hanya di anggap angin lalu '' 

sayup-sayup azan magrib mulai terdengar di kumandangkan. 

Sita bersiap untuk melaksanakan shalat, Ibu mengetuk pintu kamar Faradis. 

'' Adis mandi dulu nak, jangan lupa shalat ya'' 

Faradis tidak menjawabnya. 

Hingga larut malam Faradis tidak juga keluar kamar. Ibunya tahu sifat putrinya itu jadi ia beristirahat saja. Jam dinding menunjukkan angka 2 dinihari, Sita bangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Suasana rumah gelap karena lampu di matikan. Saat menuju kamar mandi ia melewati meja makan dan samar-samar ia menangkap sosok yang sedang duduk disana. Ia mulai curiga jangan-jangan maling yang sedang makan, jaman sekarang orang-orang yang malas bisa melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhannya. Tanpa pikir panjang Sita mengambil sapu dan berjalan pelan mendekati sosok itu. Saat sudah semakin mendekat Ia ayunkan gagang sapu memukul sosok itu. 
'' Nah lho, mau lari kemana. Mamak...!! Adis...!! Ada maling '' teriak Sita 

'' Ampun.....ampun kak.....'' teriak sosok itu. 

Ibu yang terkejut akibat teriakan Sita segera bergegas ke dapur dan menyalakan lampu. Alangkah terkejutnya Sita saat mengetahui orang yang di kira maling itu Adalah Faradis. 

'' Adis.... !! '' jerik Sita tak percaya 

Faradis menjerit kesakitan lengan dan bahunya memar akibat pukulan Sita yang lumayan keras. Ibu segera memeriksa bahu dan lengan Faradis. 

'' Kalau mau main perang bilang dulu, orang lagi kelaparan masih di pukuli'' ucap Faradis 

'' Adis..... Maaf kakak pikir tadi.. '' Sita mulai merasa iba pada adiknya. 

'' Maling kan '' 

'' sudah-sudah jangan berdebat lagi. Adis sini biar mamak obati memar di lenganmu dulu, lagian kamu ini kalo makan lampunya ya di nyalain'' ucap Ibu melerai 

'' Mamak kan tahu Adis suka makan jam segini, lagian kalau ngidupin lampu tarif listriknya bisa naik. Kitakan harus berhemat''. Gumam Faradis. 

'' hemat apaan '' 

¤¤¤ 

Keesokan harinya di sekolah teman-teman Faradis menertawakannya saat mendengar cerita Faradis. 
'' aku pikir tubuhmu memar-memar karena di siksa kakakmu setelah ketahuan main bola kemarin. Tapi ternyata karena di kira maling di rumah sendiri'' tukas mamat. 

Diikuti tawa teman-temannya. Tawa mereka terhenti saat guru mereka masuk. 

¤¤¤ 

Sita baru saja siap membagikan makan siang kepada teman-teman yang satu kelompok KKN dengannya saat Rani sahabatnya menghampiri. Sudah dua hari ini mereka KKN di SMP Sumber Makmur. 

'' Sita malam besok anak-anak ingin mengadakan malam silahturahmi dengan masyarakat disini. Dan tempat yang di pilih adalah Masjid yang dekat dengan rumahmu itu'' 

'' ide bagus itu Rani, biar aku yang minta izin sama pengurus remaja mesjidnya nanti '' 

'' syukran Sit. Aku kesana dulu ya'' 

'' Afwan. Iya silahkan Rani'' 

setelah Rani pergi, Sita duduk termenung sendiri. Ia memikirkan bagaimana cara merubah sifat Faradis. Sita tidak ingin adiknya selalu menjadi bahan olok-olokan orang terutama ibu-ibu di kampungnya karena sifat tomboy Faradis. Sita menatap jauh kelangit sinar mentari yang mulai meredup seakan tahu kegelisan hatinya. 

¤¤¤ 

'' Adis cepat ganti baju kita ke masjid sekarang'' kata Sita. 

Sementara Faradis sedang asyik menonton pertandingan sepak bola di televisi. 

'' huft.... Ngapain sih kak? '' 

'' Ada acara silahturahmi mahasiswa dengan warga nanti juga ada tausyiahnya. Udah cepat matikan tivi pake baju lengan panjang dan rok yang kakak belikan ya, jangan lupa jilbabbya juga'' 

'' apa... Pake jilbab? Malas ah kak. Adis di rumah saja nemanin mamak''. 

'' mamak juga ikut dis, karena ibu-ibu anggota pengajian juga di undang. No coment sekarang cepat ganti baju oke.....!'' 

'' hu.... Baiklah..'' dengan berat hati Faradis mematikan televisi menuju kamarnya. Lima belas menit kemudian Sita telah rapi dengan gamis warna krem dan jilbab putih lebarnya. 

'' Adis ayo cepat '' panggilnya. 

'' sebentar kak, Adis ngak ngerti ne cara pakenya'' Adis keluar dengan mengenakan rok dan baju lengan panjangnya tapi jilbabnya. 

Sita tak dapat menahan tawa melihat jilbab yang di kenakan Adis yang mewot-mewot tidak rapi belum lagi ikatan penitinya yang salah. 

'' makannya kalau di ajak pake jilbab dii ikuti jangan melawan, nah sekarng giliran di haruskan untuk memakai jilbab repot sendiri kan, jadi muslimah itu harus rapi dan anggun'' komentar Sita sembari membetulkan jilbab Faradis. 

Faradis mendengarnya dengan menyimpan kedongkolan. 

'' Ayo senyum dulu, baru kita berangkat '' kata Sita
'' Iya ne udh senyum'' Faradis mengukir senyuman di bibirnya. 

'' kamu cantik dis kalau pake jilbab...'' 

'' emang dari sononya cantik lagi, jadi mau di pakaiin apa aja tetap cantik hehee'' . 

'' lebay kamu dik ''. 

¤¤¤ 

Ba'da Isya Mesjid Al Mukmin mulai ramai di datangi masyarakat sekitar untuk menghadiri acara silahturahmi dengan mahasiswa yang sedang KKN di kampung mereka. Faradis sudah duduk di samping ibunya diantara barisan para wanita, Barisan antara laki-laki dan perempuan di batasi kain hijab. Sita yang menjadi pembawa acara memulai acara dengan mengucapkan Bassmalah kemudian di lanjutkan dengan pembacaan Al-Qur'an, Pengenalan dari ketua panitia KKN, Sambutan ketua Kampung,ramah tamah, yang terakhir doa. 

Acara telah selesai dengan baik, sementara Faradis masih duduk diam menatap sesosok wajah yang duduk pada barisan pertama. Sejak tadi matanya tak pernah lepas memandang sosok bertubuh tinggi yang memakai baju koko berwarna abu-abu itu. Sesekali Faradis menangkap senyuman di wajahnya saaat berbicara dengan teman-temannya. 
'' kerennya '' ungkap Faradis. 

( upss... Biarpun tomboy Faradis juga manusia biasa yang punya rasa dan hati ya... ^_^) 

'' Adis ayo pulang? '' ajak ibunya. 

Faradis belum beranjak ia masih terdiam menatap ke depan. 

'' Adis..... Ayo pulang!!'' panggil ibunya sekali lagi. 

Faradis segera bangun dan berjalan mengikuti ibunya. Sesekali matanya masih lari menatap kebelakang. 

Di teras masjid ibu berbicara dengan ibu geuchik, kesempatan ini di gunakan Faradis untuk berbicara dengan Rani sahabat kakaknya. 
'' Kak Rani, itu tadi yang memberikan tausyiah siapa ya?'' tanya Faradis. 

''Ustad Mahmud namanya dis, kenapa dis tausyiahnya menarik ya?'' jawab Rani sembari menunjuk seorang lelaki yang memakai baju batik. 

''bukan yang itu kak maksud Adis, tapi yang itu ntu'' Faradis menunjuk sosok berbaju koko warna abu-abu itu. 

Rani tertawa'' owh itu Akhi Iqbal, dia ketua kami. Bukanya yang memberikan tausyiah dis tapi pengenalan tadi itu '' 

Faradis hanya tersenyum, ketahuan ia tidak mendengarkan apa yang di sampaikan tadi dengan baik. 

'' yang penting aku sudah tahu siapa namanya'' ucapnya. 

'' maksudnya apa dis?'' tanya Rani. 

'' nggak ada apa-apa kak, aku pulang dulu ya Assalamualaikum'' 

'' wa'alaikum salam '' 

Faradis segera berlari mengejar Ibunya yang sudah berjalan duluan. 

¤¤¤ 

'' kak Adis ikut ya ke tempat praktek kakak?'' pinta Faradis. 

'' tumben mau ikut, Nggak main bola lagi sore ini? '' Ucap Sita sembari merapikan jilbabnya di depan cermin. 

'' nggak kak, Adis mau belajar disana Kak Rani saja membawa adiknya. Masak kakak nggak mau ngajak Adis'' 

Sita menatap adiknya memang beberapa hari ini Faradis mulai berubah. Faradis sudah jarang main bola, nonton bola dan mulai mengenakan jilbab walau kadang masih berantakan. 

'' kak, boleh ya..ya...'' 

Sita mengganguk '' tapi ingat jangan bikin keributan disana ya'' 

'' siap kakak'' 

Sejak hari itu Faradis selalu mengikuti kakaknya saat Praktek KKN tentunya jika ia sedang tidak jam sekolah. Ia pun mulai mengenal dekat dengan Iqbal yang telah mengalihkan perhatiannya. Iqbal ternyata sangat ramah dan suka mengajari Faradis. 

¤¤¤ 

Sebulan sudah Faradis aktif di kegiatan Mahasiswa KKN di kampungnya, dan hari ini adalah penutupan dari kegiatan KNN. Faradis begitu bersemangat membantu disana hingga acara usai. Dia mulai belajar bagaimana menjadi seorang muslimah dan mulai meninggalkan bola. 

'' Adis, pertandingan semalam siapa yang menang?'' tanya Iqbal. 
Ia memang suka mengajukan pertanyaan tentang bola pada Faradis semenjak dia tahu faradis suka bola. 

'' Adis tidak nonton kak, semalam pulang dari masjid langsung tidur'' jawab Faradis. 

Iqbal tertawa. '' bagus.... Itu artinya Adis mulai bisa menjadi muslimah yang baik, ingat hobi bola bukan berarti laki-laki kan? Bola itu sifatnya universal'' 

'' Iya kak'' 

Langit mulai menghitam, mentari kian memudar. 

'' kelihatannya akan segera turun hujan ini bal, kita jadi pulang hari ini'' tanya seorang teman pada Iqbal. 

'' jadi wan, tunggu sebentar ya '' 

'' Kak Iqbal mau balik hari ini ya? '' tanya Faradis 

'' Iya dis, kakak sudah kangen suasana rumah. Oya dis ini ada undangan buat Adis'' Faradis menyerahkan selembar kertas undangan bewarna putih pada Faradis. 

''Undangan apa ini kak?'' tanya Faradis penasaran. 

'' Buka aja '' 

Faradis membuka kertas undangan itu, dari sampul depan ia bisa menebak ini undangan pernikahan tapi pernikahan siapa. Degh..... Jatungnya berdenyut kencang saat membaca nama yang tepampang disana : 

Akad dan Walimah 

Muhammad Iqbal Maulana 

Dengan 

Fatmawati 


'' Datang ya dis, acaranya dua minggu lagi. Kakak sengaja memberikannya langsung padamu karena kakak sangat berharap kamu bisa datang untuk kakak perkenalkan pada Fatma, dia sangat ingin berkenalan denganmu saat kakak menceritakan tentangmu. Menurutnya kamu adalah gadis luar biasa'' tutur Iqbal panjang lebar.
Faradis hanya bisa menahan nafas mendengarkan Iqbal berbicara. 
'' Dia akan segera menikah Adis, ayo sadarlah'' ucap bathinya. 

'' Adis, kalo begitu saya pulang dulu ya Assalamu'alaikum'' kata Iqbal kemudian. 

Faradis masih terdiam sendiri dengan pikirannya, ia baru tersadar saat melihat Iqbal sudah berjalan meninggalkannya. Sontak ia berlari menghampirinya. 

'' Kak Iqbal, selamat ya atas pernikahannya semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadhah warahmah. Jika nanti Adis tidak bisa hadir Adis minta maaf ya. Sampaikan salam Adis pada Kak Fatma'' 

'' iya. Terima kasih Adis'' kemudian Iqbal pergi meninggalkan Faradis. 


Air-air langit itu perlahan mulai tumpah juga. Hujan turun begitu derasnya setelah musin kemarau menghapiri kampung. Faradis tak memperdulikan hujan yang turun begitu deras, ia berlari di antara hujan meninggalkan tempat itu. Sita yang melihatnya mencoba memanggilnya tapi suaranya tak terdengar oleh Faradis. Rani menarik Sita untuk berbicara dengannya di sudut ruangan. 

'' Sita, sepertinya Adis menyukai Akhi Iqbal'' kata Rani 

'' Apa maksudmu Ran?'' 

'' apa kamu tidak memperhatikan perubahan sikap Adis belakangan ini. Oya dia juga pernah bertanya tentang Akhi Iqbal padaku'' 

'' tapi Adis itu kan tomboy Ran?'' 

'' Sita cinta itu fitrah dia bisa menghampiri siapa saja, mungkin Adis kecewa setelah menerima undangan pernikahan Akhi Iqbal'' 

'' kamu ada benarnya Ran, aku pulang duluan ya ''. 

Sita segera mengambil payung dan menerobos ribuan butir air hujan yang turun. 

'' Adis maafkan kakak, mungkin kakak kurang memperhatikan perasaanmu'' 

sesampai di rumah Sita tidak menemukan Faradis, dia segera menuju dapur. 

'' kenapa pulang hujan-hujanan Sita'' tanya ibunya sembari melap lantai yang basah karena tetesan air hujan lewat atap yang bocor. 

'' Adis mana mak?'' Sita malah balik bertanya pada ibunya. 

'' itu di atas Lagi membetulkan atap yang bocor '' ibu menunjuk ke atap. 

Sita melihat tak percaya, '' jadi Adis berlari di tengah hujan hanya untuk membetulkan atap yang bocor?'' 

'' Iya, atap ini sudah lama bocor dan di saat mamak mau mengantinya surat darimu yang minta di kirimi uang datang, jadi terpaksa atapnya tidak jadi di ganti dan uangnya di kirim untukmu. Setiap kali hujan Adis yang membetulkannya, tak perduli dimanapun ia berada ia akan segera pulang saat hujan turun''. Jelas Ibu. 

Sita tak dapat menahan air matanya mendengar cerita Ibunya. Betapa saat ini dia hanya bisa membebani Ibunya dan setiap bulan menerima uang kiriman tanpa menanyakan darimana uang itu di peroleh ibunya. 

'' pernah saat itu mamak sedang sakit, suratmu datang meminta di kirimi uang sementara mamak tidak mempunyai uang simpanan lagi yang ada hanya padi yang belum di giling sebanyak 6 goni karena saat itu mesin pabrik di sini sedang rusak. Kamu tahu Sita apa yang di lakukan Adis ia membawa padi-padi itu ke pabrik kampung sebelah dengan gerobak yang di dorongnya sendiri saat pulang ia menyerahkan uang untuk di kirimkan untukmu'' lanjut Ibunya. 
'' Ya ALLAH..... Mamak maafkan Sita yang selalu menyusahkan Mamak, Sita menyesal pernah menyakiti perasaan Adis '' Sita berhamburan kedalam pelukan Ibunya. 

Adis masuk dengan pakaian yang basah kuyup. '' Mamak.... Atapnya nggak bocor lagi kan?'' tanyanya. 

Faradis sempat kaget melihat kakaknya yang sudah berada di rumah. 

'' Tidak dis. InsyaALLAH besok kita ganti saja atapnya. Dari pada kamu harus memperbaikinya setiap hujan turun'' kata ibu. 

Sita menatap adiknya dalam-dalam kenap tiba-tiba ia begitu merindukan adik kecilnya dulu yang selalu di gendongnya. Kini ia sadari usia yang kian bertambah tak membuatnya dewasa justru dia kalah dewasa dengan sikap yang di tunjukkan Faradis. 

'' kakak acaranya sudah kelar ya, maaf tadi Adis pulan duluan, karena sudah janji pada mamak akan selalu ada saat hujan'' 

Sita malah memeluk adiknya'' maafin kakak dik, kakak sudah salah menilaimu, tadi kakak kira kamu pulang karena'' 

'' kecewa setelah menerima undangan kak Iqbal?'' sambung Faradis. 

''hu'um.... Kakak pikir kamu menyukainya'' 

'' Adis memang menyukai kak Iqbal sebagai kakak yang baik bagi Adis, karena Adis tidak punya kakak laki-laki''
'' hanya itu ?'' 

'' iya'' 

Dan ketika Faradis Jatuh cinta semua terasa begitu berbeda, saat Faradis tak lagi sibuk mengejar bola kala senja tapi malah asyik tilawah di rumah. Saat tak ada lagi acara bola di tengah malam tapi berubah menjadi tahajud yang penuh dengan cinta. Saat tak ada lagi T-shirt dan celana jeans yang berubah menjadi gamis indah dengan balutan jilbab. Semua terasa begitu Indah, seindah nikmat Rabb-Nya yang hadir si setiap deru nafas. Karena pada akhirnya cintaNya datang menghampiri Faradis.

SEMOGA BERMANFAAT... 

SALAM UKHUWAH... ^_^
  
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA

 
  1.  Kerja System Online
  2.  Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya 
  3.  Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online,  Per-Input dapat  komisi  Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji  Anda 10RbX50Data=500Rb  Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan   500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
  4.  Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi  Internet, Dapat  Dikerjakan   dirumah/diwarnet.
  5.  Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar