Rabu, 05 Oktober 2011

MENARI BERSAMA KILAUAN MENTARI DIMATA KAKAK


Penulis : ♥ Afri Az Zahra ♥ 

Langit mengantup, diantara hitamnya mega. Goresan pena putih yang mencair turun mewarnainya. Kilatan petir yang menyambar membuat suasana semakin hening dan hanya terdengar suara desiran air langit yang turun di sela-sela jendela kamar. Seorang gadis duduk di atas kursi roda memandang jauh ke langit. 
'' Kenapa belum tidur Tia?'' suara ibunya mengagetkannya. 

'' Blm bu, bagaimana Dara sudah mau makan?'' tanyanya. 

Ibunya membelai lembut kelapa putrinya yang di tutupi jilbab. 

'' Belum Tia, Dia masih mengurung diri di kamar'' 

'' Semua ini salah Ti bu, seandainya hari itu..'' 

Ibu segera memotong pembicaraan putrinya. 
'' Sudah-sudah jangan di ingat lagi Tia'' di peluknya tubuh putrinya. 

'' Sampai hari ini Tia masih terus merasa bersalah pada Dara bu, kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi seandainya Tia tidak memaksa Dara untuk ikut bersama Tia hari itu sehingga Dara harus kehilangan penglihatannya dan Tia harus duduk di kursi roda ini '' bulir-bulir bening itu mulai tumpah di sudut mata Tia. 

'' Jangan menyalahkan dirimu terus nak, dan jangan pernah lagi berandai-andai itu hanya akan menyakiti hatimu. Semua yang terjadi sudah di kehendakiNya dan bukankah ALLAH tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan kita untuk menghadapinya'' tutur ibunya lembut. 

Mutia masih terus menatap langit yang basah. Ingatannya kembali pada peristiwa sebulan yang lalu saat acaranya study tour di kampusnya ia mengajak Dara bersamanya. Mereka berangkat dengan bus bersama teman-teman Mutia lainnya. Namun di perjalanan terjadi kecelakaan yang kini mengakibatkan kaki Mutia lumpuh dan harus memakai kursi roda,yang lebih menyakitkan lagi Dara adiknya harus kehilangan penglihatannya matanya terkena pecahan kaca. Sejak peristiwa itu, Dara yang tadinya ceria berubah menjadi gadis yang pemurung dan sangat cepat marah hari-hari di lalui dengan mengurung diri di kamar. 

Mutia awalnya tidak bisa menerima kenyataan mengenai keadaannya perlahan-lahan mulai bisa menerimanya dan memasrahkan semua kepada ALLAH Azza Wajalla tapi tidak dengan Dara, Dara yang di kenal aktif dan seabrek prestasi yang selalu membuat kedua orang tuanya bangga begitu tersiksa dengan keadaannya. Ia menjadi minder dan tidak pernah mau bergaul dengan teman-temannya lagi. 

¤¤¤ 

'' sudah di bilang Dara ngak mau makan, buang saja makanan itu buat apa Dara hidup jika tidak bisa berbuat apa-apa'' jerit Dara siang itu. 

'' Astafirullah.... Dara, tidak boleh berbicara begitu nak, ALLAH sudah memberikan Anugrah yang luar biasa untuk Dara bisa merasakan indahnya hidup. Ingat Itu nak'' ucap Ibu dengan lembut. 

'' Apa.....? Buat apa bu? Dara tidak bisa melakukan apa-apa sekarang semuanya gelap bagi Dara! Dara tidak bisa menari lagi'' 

Mutia yang mendengar keributan itu mendorong kursi rodanya menuju kamar Dara.

'' Dara, dengar kakak . Dara makan sekarang kalau tidak Dara bisa sakit'' kata Mutia pelan. 

Bruukkk....... Suara keras tiba-tiba terdengar saat sebuah pot kecil mendarat di kening Mutia. Dara melempar semua barang-barang di kamarnya. 

'' Aku tidak mau dengar apapun darimu, semua ini salahmu !! Aku benci kamu benci.....!! '' isak Dara. 

Ibu segera menutup pintu kamar Dara, dan mencoba menenangkan Dara. Sementara Mutia memegang keningnya yang berdarah dengan hati yang perih. 

Ibu keluar dari kamar Dara dan segera mengambil kotak P3K untuk membersihkan luka Mutia. 
'' Tia bisa membersihkannya sendiri bu, bagaimana Dara? '' 

'' Dia sudah tenang. Kanapa kamu menemuinya tadi? Emosinya belum stabil Tia jika mendengar suaramu dia akan menyiksa dirinya dan menyakitimu seperti ini'' 

'' Tia tidak apa-apa bu, ini hanya luka kecil di beri obat merah saja nanti sembuh sendiri'' kilah Mutia. 

'' Tia, Tadi Ayahmu telepon katanya belum ada donor mata yang cocok untuk adikmu. Tapi ayah akan terus berusaha mencarinya'' 

Mutia menarik nafas panjang. Ayah dan Ibu sudah berjuang keras untuk mengobatinya dan Dara. Ayah mengunjungi setiap rumah sakit untuk mencarikan mata dan operasi yang paling baik untuk Dara, Ibu juga sering mencari info pengobatan untuk mengobati kelumpuhanku in mulai dari terapi hingga pengobatan altenatif. Menurut dokter yang menangani Mutia kemungkinan Mutia bisa berjalan kembali bisa saja terjadi asal Mutia mempunyai keyakinan yang kuat untuk sembuh tapi Mutia tak ingin sembuh sebelum Dara bisa melihat kembali. 

¤¤¤ 

jam dinding menunjukkan angka 4 sore saat beberapa teman Dara datang menjenguknya. Mutia sangat senang melihat kehadiran teman-teman Dara karena ini pasti akan berdampak baik bagi kesehatan Dara. Teman-temannya bisa memotivasi Dara untuk mau terus berihktiar dalam pengobatan. 

Namun semua di luar dugaan, Dara tidak mau menemui teman-temannya bahkan ia menjerit-jerit sambil melempar barang. Ibu cepat-cepat menenangkannya dan teman-temannya terpaksa harus pulang. Mutia masih sempat mendengarkan pembicaraan teman-teman Dara sebelum mereka pulang. 
'' Kasihan ya Dara, padahal dia sangat semangat untuk mengikuti kompetisi menari tingkat Nasional bulan depan'' kata salah seorang dari tiga temannya. 

'' Iya, bahkan dia sudah mempersiapkan diri jauh sebelum kecelakaan itu terjadi. Tapi dengan kondisi seperti itu bagaiman ia bisa menari '' timpal yang lain. 

Mutia mengelus dadanya mendengarnya. Bathinnya menjerit andai ia bisa membantu mewujudkan impian adikknya. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Untuk mengerakkan kakinya saja ia tidak mampu. 


Malamnya Mutia terkena demam, suhu badannya tinggi sekali hingga harus di bawa kerumah sakit. Ditemani Ayah ia menjalani perawatan di rumah sakit sementara ibu menemani Dara di rumah. 

Sudah seminggu Mutia di rumah sakit, Ibu mengatakan Mutia mengalami masalah pernafasan tapi Dara sama sekali tidak tertarik tentang kabar kakaknya. Dara sudah mau keluar kamar dan makan, di hari ketujuh Mutia di rawat di rumah sakit, ayah pulang mengabarkan kalau sudah ada donor mata yang cocok untuk Dara. 

Dara sangat senang mendengarnya harapannya untuk sembuh akan segera terwujud. Ibu memeluknya, dengan penuh keharuan untuk pertama kalinya ia melihat Dara tersenyum setelah dua bulan ini. 

Keesokan harinya mereka segera berangkat ke rumah sakit, Dara menjalani proses pemeriksaan awal sebelum operasi. Dan kebahagiaannya kian memuncak saat dokter mengatakan operasi bisa segera di lakukan. 

'' Ibu, Dara akan bisa melihat '' ucapnya. 

'' InsyaALLAH anakku '' 

Malam semakin larut tapi, Dara belum juga bisa tidur. Ia masih membayangkan hari esok saat bisa kembali melihat dan bisa menari lagi. Malam ini ia di temani Ayah yang telah tertidur di sofa. 

Ibu menemani Mutia, sampai hari ini Dara sama sekali tidak menanyakan kabar Mutia. aanya Ibu yang sesekali berkata pada Ayah mengenai keadaan Mutia. 

¤¤¤ 

Operasi sedang berlangsung, Ibu dan Ayah menunggu di luar dengan harap-harap cemas. Ibu lewat butir-butir dzikir cintanya melantunkan doa untuk putrinya tiada henti. Doanya terhenti saat seorang Dokter dan perawat keluar dari ruang operasi. 

'' Bagaimana operasinya Dok?'' tanya Ayah. 

'' Alhamdulillah lancar '' Jawab Dokter berkacamata itu. 

'' Lalu bagaimana keadaan meraka?'' Tanya Ibu 

Dokter berkacamata itu sejenak membetulkan letak kacamatanya kemudian memegang bahu Ayah. 

'' kami sudah mengusahakan yang terbaik, tapi...... '' 

langit cerah siang itu menjadi kelam seketika. 

¤¤¤ 

Beberapa hari setelah operasi. 

'' Dara coba buka matanya pelan-pelan'' kata Dokter pada Dara. 

Perlahan Dara membuka matanya, pertama-tama ia menangkap sesosok wajah pria berkacamata yang memakai baju putih. Saat menoleh ke samping ia melihat Ibunya yang tersenyum manis padanya, juga Ayah. 

'' Ibu, Ayah.... '' ucapnya 

'' Dara sudah bisa melihat Ibu nak? '' tanya Ibu 

Dara mengagguk. 

'' Alhamdulillah terima kasih Ya ALLAH''. Ibu memeluk Dara denganpenuh cinta. 

Dokter menyerahkan sebuah kaca pada Dara untuk melihat wajahnya. 
'' Coba lihat wajahmu'' 

Dara menerima kaca itu dan betapa bersyukurnya saat bisa melihat kembali wajahnya. Tapi ia merasa aneh dengan sorot matanya, sorot mata ini sangat ia kenal, sorot mata yang penuh dengan kelembutan. 

'' Ibu, Kak Tia mana?'' entah darimana datangnya pertanyaan itu terucap dari bibir Dara. 

Ibu hanya memeluknya makin erat, air mata mulai menetes di pipinya. 

'' Kak Tia sudah pergi meninggalkan kita Nak, matamu kini adalah matanya'' ucap Ayah menahan kepedihan hatinya. Walaupun pada akhirnya ia jatuh di sudut ruangan dengan tangisnya. 

'' Kak Tia........ '' 

Dokter mengeluarkan sapu tangan dari sakunya tetesan bening itu juga hadir di matanya. 

¤¤¤ 

Riuh suara tepuk tangan menghiasi gedung pertunjukkan Kompetisi Tari Tradisional tingkat Nasional saat Dara menari. 

Kak Tia, hari ini aku menari. Doakan Aku ya Kak, Mata kakak begitu bening dan tatapan lembut ini membuat hariku semakin bewarna. Seperti Warna-warna kilauan mentari yang indah. Terima kasih Kakak Untuk mata ini Untuk Kilauan Mentari ini. Aku akan terus Menari Bersama Kilauan Mentari ini.

SEMOGA BERMANFAAT

SALAM UKHUWAH ^_^
  
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA

 
  1.  Kerja System Online
  2.  Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya 
  3.  Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online,  Per-Input dapat  komisi  Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji  Anda 10RbX50Data=500Rb  Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan   500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
  4.  Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi  Internet, Dapat  Dikerjakan   dirumah/diwarnet.
  5.  Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar