Jumat, 07 Oktober 2011

Cerpen In Jannah If Not In This World by HaaDee Nuruliski/HD Gumilang


Namaku Aisha dan aku seorang muslimah. Setiap orang termasuk diriku, mungkin pernah mengenal cinta. Terlepas dari bagaimana pandangan orang-orang itu terhadap cinta bukanlah menjadi persoalan bagiku. Karena memang, rasa yang muncul ketika mengenal cinta itu bisa bermacam-macam.  Ada setitik rasa yang mampu membuat jiwa bergetar, sebuah perasaan yang menerbangkan jiwa-jiwa ini ke tempat terbaik yang bisa di bayangkan olehku.
Ada sebuah kisah dalam hidupku yang telah warnai dan ajarkan aku mengenai mahakarya sebuah makna dari cinta. Tentang nilai pengorbanan, kasih sayang dan kekaguman. Namun, aku sempat berfikir apakah memang ini sebuah cinta..?
* * *

Senja telah beranjak ke peraduannya, sekelompok burung camar mulai berterbangan di atas langit yang menggelap. Mentari yang merah merona itu mulai tenggelam. Sayup-sayup terdengar gema adzan maghrib bergemuruh dari corong speaker masjid tak jauh dari rumahku. Merdu dan membawa ketenangan dalam hati ini.
Selepas menunaikan shalat maghrib, Aku memainkan pena dengan pikiran yang bimbang, sambil tiduran di kamar aku mulai menuliskan sesuatu, “Siapa dirimu sebenarnya…?” dengan sebuah tanda tanya yang besar sekali.
Mulanya, beberapa hari yang lalu, di waktu malam ketika sedang berkutat di beranda Facebook datang sebuah permintaan pertemanan dari seseorang yang belum akum kenal sebelumnya. Namanya Hasan Al Bann.
Dengan tanpa berpikir panjang, Aku langsung mengonfirmasi pertemanannya. Bagiku, menambah pertemanan di jejaring sosial seperti  fb adalah bagian dari usaha memperluas silaturrahim dan juga jaringan. Sesaat aku tersenyum, namanya mirip sekali dengan seorang tokoh Islam yang mendirikan sebuah pergerakan yang hingga kini pengaruhnya meluas di seantero negeri.
Namun seperti biasa, setelah itu aku kembali dengan duniaku, ku tuliskan sebuah status, “Merindukan syurga adalah seperti orang yang menjual sesuatu yang bernilai dan dia mendapatkan imbalan yang sangat besar hasil penjualannya itu.”
Ada rasa bosan yang mengurung diriku, tak ada akhwat yang bisa di ajak chatting malam ini. Lalu terbersit dalam benakku sebuah rasa penasaran. Hhmm, tentang teman baru yang tadi, Hasan..
Ku pikir, siapa ya dia? Namanya unik sekali, apakah dia seorang ikhwan…
Kemudian aku klik profilnya maka terpampanglah beberapa status terbarunya. Ternyata Hasan bukan orang sini, pikirku. Ku lihat, dia ternyata dari sebuah negeri di Eropa Timur. Ku perhatikan bahasanya. Aku mengeryitkan dahi, bahasa apa ini sangat tidak aku mengerti.
Dari sederetan statusnya itu, ada satu yang menarik perhatianku meski aku tak mengerti sedikitpun arti dari bahasa tersebut. Lantas aku berkomentar dibawah status tersebut, “What is meanMaybe that can to translate in English?”
Suara jangkrik silih berganti meramaikan keheningan malam ini, seiring dengan waktu yang terus bergulir. Ku tunggu balasan komentar dari dia namun belum juga ada jawaban. Sementara rasa kantuk menyerang semakin ganas dan bertubi-tubi. Dan tak terasa, aku pun mulai tertidur lelap seiring dengan mengatupnya kedua kelopak mataku. Tidurkan aku dalam rasa syukurMu ya Rabb..
* * *

Hembusan angin dingin yang menyejukkan, suara camar bertasbih memuji kuasa Sang Pencipta, begitupun dengan dedaunan yang menitikkan embun memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah azza wa jalla..
Gemericik air wudhu begitu menyegarkan pori-pori seluruh bagian tubuhku, betapa Allah memudahkan kita untuk mensucikan diri, betapa Allah memperhatikan kita semua.
Setelah melakukan rutinitas harian di pagi hari, ku buka notebook Aspire kuning kesayanganku itu, sekadar untuk melihat pemberitahuan terbaru di berandaku. Setelah mengisi alamat e-mail danpassword kemudian aku login.
Sambil ditemani segelas teh manis hangat aku mulai menelusuri pemberitahuan satu persatu. Ada sebuah pemberitahuan yang menarik perhatianku, sebuah pesan di dindingku dari Hasan.. lantas aku mengkliknya..
Ku rerutkan dahi sehingga membentuk garis-garis kecil, sebuah kalimat berbahasa Inggris. Ternyata, itu adalah jawaban dari yang semalam aku tanyakan. Ternyata itu tenang hati, dia bilang hati itu seperti harta kekayaan, lebih baik di jaga jangan diberikan kepada sembarang orang..
Sejenak aku merenung, hati adalah kekayaan. Bahwa ternyata kekayaan itu bukan tentang banyaknya uang yang dimiliki, atau kekayaan materi yang bergelimang dalam hidup. Tapi ternyata, kekayaan yang sebenarnya adalah hati. Tapi mengapa kekayaan hati ini tidak boleh diberikan kepada sembarang orang? Pikirku sambil memainkan ujung kain jilbab lebarku yang berwarna biru langit.
Lalu ku tuliskan komentar dibawahnya, “Where do you come from?”
Tak beberapa lama kemudian dia menjawab, “I come from Albania..”
Ketika aku hendak mengetik kalimat balasan bagi Hasan, tiba-tiba ibu memanggilku dari depan pintu kamar, “Aish, tolong bantu ibu belanja ke pasar ya.. Pinggang ibu tidak nyaman, sakit..” pinta beliau dengan suara yang lirih.
Ku pandangi wajah sayu ibuku yang sudah menginjak usia baya, lalu dengan segera ku matikannotebook ini, “Baik, Bu..” sambil ku layangkan seulas senyum terbaik bagi ibuku tercinta lantas aku peluk tubuh ibu erat, “Aish sayang ibu..” sambil ku kecup mesra kening ibu yang pagi ini berjilbab hitam. Lalu ku berjalan ke depan pintu rumah.
“Nak, kenapa kamu terburu-buru?” sergah ibu cepat.
“Kenapa bu? Kan Aish mau ke pasar…” jawabku polos.
“Lho, ini uang belanjanya masih dipegang di tangan ibu, nak.” Timpal Ibuku sambil tersenyum dan menghampiriku.
Refleks aku tersenyum malu sambil garuk-garuk kepala yang sebenarnya tidak gatal “Iya, bu maaf,,, Aish tadi terpesona dengan wajah cantik ibu pagi ini sampai-sampai lupa mengambil uang belanjanya.” Kataku manja sambil memuji ibuku. Dan beliau mencubit hidungku penuh rasa cinta.
* * *

Sudah beberapa minggu terakhir ini aku tak membuka fb, dikarenakan kesibukan yang aku lakukan. Maklum, meskipun aku anak bungsu dari lima bersaudara, dan keempat orang kakakku itu laki-laki semua aku tidak ingin hidup dalam ketergantungan kepada kakak-kakakkku. Aku ingin mandiri, Alhamdulillah sejak masuk kuliah empat tahun silam, aku mulai memiliki jaringan yang cukup luas, apalagi aku kuliah di sebuah perguruan tinggi yang memang memiliki link yang cukup luas di dunia kampus. Maka aku mulai berbisnis kecil-kecilan. Dari sanalah aku mulai belajar untuk mandiri dan melepaskan ketergantungan dari keluargaku.
Setelah kesibukanku kembali berangsur dalam titik normal aku pun mendapatkan waktu luang untuk membuka fb. Maka, sore ini aku pasangkan lagi modem di notebookku, ku lihat status-status terbaru yang diposting oleh teman-temanku. Ku baca satu demi satu, kebanyakan memberikan semangat dan aku paling suka hal itu. Beberapa saat aku tersentuh membaca kiriman teman-teman lainnya yang dilanda kesedihan, ku do’akan mereka supaya segera diberi kebahagiaan kembali oleh Allah. Lalu, kedua mataku terpaku membaca status-status yang bagus dari Hasan, aku berikan like di status-statusnya. Ternyata kemudian dia mengirimkan sesuatu di dindingku, isinya..
I’m fall in love, and this love as same as a traffic light. I want to know what I can do..” ku menarik nafas sejenak lalu melanjutkan membacanya dalam hatiku, dia mengatakan apakah harus terus mengejar cinta itu, apakah harus berhati-hati, atau berhenti..?
Aku tertegun sejenak, lalu ku balas, “You must take care.. Slow down..
Selang beberapa saat, dia menjawab singkat, “Yes, I can do it..”
Aku bertanya,. “How old you?
I’m very old..”
Sejujurnya aku bingung, apa yang dimaksudkan oleh Hasan tersebut. Tak disangka, dia mengirimkan sebuah pesan di inbox dan mengatakan usianya yang sebenarnya serta menerangkan bahwa Hasan Albann bukanlah nama aslinya, terus dia bilang, “Pssssstt,, please keep it secret.. and nice to meet you..
Sebuah perkenalan yang sangat singkat. Lalu aku terlibat perbincangan dengannya tentang kondisi Indonesia, keadaan di Albania.
Aku tersentuh ketika dia ceritakan bahwa “Albania is very beautifull country with in great quantities muslim..” tapi ku lanjutkan bacaannya, seperti halnya negeri muslim lainnya, di sini kami mendapatkan banyak tekanan demi tekanan namun semua itu menjadikan kami semakin kuat, insya Allah.
* * *

Beberapa hari setelah percakapan tersebut, tepatnya sekitar pukul 9 pagi di hari libur, hatiku tak kuasa menahan tangis. Ku hubungi sahabatku, Teh Ratih.
Assalamu’alaikum¸Teh.. ini Aish, bisa ketemu hari ini. Ada yang ingin Aish ceritakan..” kataku dengan suara yang pilu.
Wa’alaikumsalam, iya ada apa dik? Kenapa kamu menangis?” suara Teh Ratih tedengar khawatir dari sana.
“Aish, ingin bicara sama teteh, ingin bercerita tentang sebuah perasaan yang hinggap dalam hati Aish.. hiiikkss…”
“Baik dik.. kita ketemu di Masjid Kaum pukul 10 ya..” jawab Teh Ratih akhirnya.
Syukran ya Teh.. Wassalamu’alaikum..”
Wa’alaikumsalam..
Ku susut air mataku yang sedari tadi tumpah, aku bersyukur masih ada Teh Ratih, sahabatku yang selama ini selalu menjadi pasangan curhat bagiku. Dia selalu bersabar menerima keluh kesahku, dia yang selalu dapat menenangkan hatiku dan dia yang selalu dapat membesarkan kembali hati ini.
Sekitar pukul sepuluh, aku sudah tiba di Masjid Kaum dan duduk di serambi yang tidak jauh di pintu samping masjid ini. Tak berapa lama Teh Ratih pun datang. Dengan tergesa aku berdiri dan berlari menghampirinya dan menyandarkan wajahku di bahunya disertai isak tangis. Teh Ratih lantas menenangkanku sambil mengingatkan bahwa banyak orang di masjid yang mungkin melihatku.
“Kamu kenapa, dik…? Hingga menangis seperti ini?” Tanya teh Ratih heran, kerudung merahnya sedikit terkibar oleh hembusan angin yang sejuk kepada kami.
“Hiikkss.. Aish ingin bercerita teh…”
Dengan wajah yang teduh teh Ratih mengangguk pelan, mempersilahkan aku untuk bercerita.
“Beberapa minggu lalu, Aish menerima pertemanan dari seorang bernama Hasan.. Hasan Albann di fb. Dia berasal dari Albania. Seorang yang tentu jauh dari sini dan tidak Aish kenal sama sekali. Di sana kami terlibat banyak percakapan tentang Indonesia, tentang Albania, tentang harapan kami masing-masing. Aish merasa kagum karena pengetahuannya mengenai dunia islam sangat luas, kecintaannya kepada dienullah terlihat sekali. Tanpa Aish sadari, seringkali hati ini tersentuh ketika dia menceritakan tentang saudara-saudara kita di Palestina, Iraq, Afganistan dan di negeri kaum muslimin lain yang hingga saat ini tertindas oleh mereka yang tidak menghendaki Islam berdiri di muka bumi ini. Aish tersentuh karena ketika di negeri ini Aish bisa hidup aman dan damai, di waktu yang bersamaan ada saudara kita yang meregang nyawanya, tertindas hidupnya, direnggut haknya dan dilecehkan kehormatannya.
Suatu ketika dia mengatakan, ‘I hope, one day you be able live in Albania, welcome in Albania.’ Dan dia juga bilang, ‘And I hopeful one day will visit Indonesia.. and try to understand your language..
Aku berhenti sejenak, ada air mata yang berlinang di mataku. Aku seka air mata yang menetes ini. Dan dengan sabar Teh Ratih masih setia menyimak curahan hatiku ini..
“Lalu apa yang terjadi, dik?” Tanyanya ramah.
“Terus Aish akhirnya tau ternyata dia itu adalah seorang soldier… soldier of Allah. Dia berasal dari Albania tapi bekerja di Al Ansharus Sunnah di Iraq. Dia seorang mujahid. Lalu ada kalimat yang meluncur dari Aish, ‘Aku berharap kita bisa berjumpa.’ Dia menjawab, ‘In Jannah if not in this world’… dari sana Aish lose contact namun begitu dia banyak mengirimi Aish berbagai tautan.
In Jannah if not in this world, di syurga jika tidak di dunia.. sebuah kalimat yang sangat menusuk hati Aish teh, menggetarkan perasaan Aish sebagai seorang akhwat. Seolah tak ada peluang untuk bertemu di dunia ini, seolah semuanya telah tersurat bahwa bukan di dunia pertemuan ini.”
Aku tarik nafas sejenak.. kemudian meneruskan lagi..
“Dia benar-benar merindukan pertemuan dengan Allah, benar-benar mengharapkan syurga Allah. Ketika Aish tanyakan memilih yang mana, Isk Kariman aumut syahidan? dia menjawab ‘syahid fisabilillah..’ lalu dia memohon agar Aish membantunya berdo’a agar meraih cita-citanya untuk syahid di jalan Allah. Dia mengatakan,’If the sun in my right hand, and the moon in my left hand, I’m never let my believing to Allah..’ dia sungguh ingin syahid di jalan Allah! Karena itu dia memilih untuk berjuang berperang di jalanNya. Membela agamanya. Dia ingin menjadi syuhada, ingin dikumpulkan dengan para Nabi, para Shidiqin, Sholihin, Syuhada maka dia menyuruh Aish mendo’akannya. Dia bilang ingin mati untuk Islam.” Ungkapku sendu.
“Dik, apakah dalam hatimu mulai tumbuh sebuah perasaan cinta kepadanya?” Tanya Teh Ratih.
Aku kembali terisak, ku jawab lirih..
“Teh Ratih.. Akhwat mana yang tak ingin menjadi bidadari seorang mujahid? Entahlah, dalam hati Aish seolah ada setitik rasa kagum atau mungkin cinta. Tapi Aish tidak mau mengungkapkan ini kepadanya dan Aish merasa memang tak seharusnya Aish sampaikan hal ini kepadanya. Bisa dikatakan, Aish hanya mencintainya dalam diam, cukuplah Allah dan Teh Ratih sekarang yang mengetahui bahwa ada rasa suka tanpa harus dia tau tentang ini.”
Lalu ku peluk erat tubuh Teh Ratih, ku tumpahkan segala gelisahku selama ini, rasa rinduku yang terpendam, jerit hatiku yang terbungkam, rintihan jiwa yang penuh harap, kepadanya. Berurai air mata, mengharapkan sebuah pertemuan yang kecil untuk terjadi.
“Hasan beruntung..” Tiba-tiba kalimat itu keluar dari Teh Ratih.
Aku tidak mengerti, dengan suara yang masih sendu ku tanyakan..
“Beruntung bagaimana, Teh? Dia dicintai oleh seorang akhwat yang lemah seperti Aish disebut beruntung?”
“Hasan beruntung karena ada dirimu yang mau membantu mendo’akannya untuk syahid. Hasan beruntung karena engkau mampu menahan diri untuk tak mengungkapkan rasa cinta kepadanya karena bisa jadi jika dia mengetahui engkau mencintainya itu akan merubah niatan syahidnya. Adikku, bila engkau mencintainya, hanya satu harapan teteh, jangan lebihkan cinta dari Allah. Cintailah dia untuk mengharapkan ridhaNya, dengan kasih sayangNya. Benar, cintailah dia dalam diam, tak usah engkau ungkapkan rasa cinta ini. Sampaikanlah saja cintamu kepada Allah dan biarkan DIA yang mengurus persoalan cintamu kepada Hasan. Bila engkau mencintainya karena Allah, akan hadir ketenangan dalam hatimu, dan keikhlasan untuk menerima segala keputusanNya. Teteh yakin, engkau pasti bisa menjalani ini. Kuatkan hatimu dengan senantiasa mengingat Allah.”
Dengan lembut tangan Teh Ratih membelai kepalaku yang memakai jilbab ini. Ada keteduhan dalam hatiku setelah mendengarkan nasehat darinya. Rasa syukurku kepadaMu ya Rabb, mengutus seorang saudari yang bisa mengingatkanku akan segala nikmatMu..
Fabiayyi ala irobbikuma tukadzdzibaan..
* * *

Ketika malam semakin sunyi, dan angin yang dingin menyusup dari celah jendela berhembus pada tubuhku. Terdiam aku memandangi rembulan yang bersinar, ditemani oleh bintang gemintang yang bercahaya. Memberikan sebuah pesona indah di malam yang hening ini.
Ketika ku teringat Hasan, ku ingat kepada Muhammad Al Fatih, sang penakhluk Konstantinopel. Seorang pribadi yang secara jujur ku kagumi, meskipun dia telah tiada beberapa abad yang lampau, namun jiwanya masih tetap hidup dalam hatiku. Hasan memang bukan Al Fatih, dan tidak bisa dibandingkan dengan Al Fatih. Karena Sang penakhluk Konstantinopel ini adalah bagian dari karunia Allah di setiap jaman akan ada orang pilihan yang memberikan pengaruh yang besar. Namun, jiwa dan semangat Al Fatih inilah yang menurutku mengalir dalam diri Hasan, dan mungkin ikhwan-ikhwan lain yang mendedikasikan hidupnya bagi kemuliaan Islam. Yang memikirkan ummat untuk sebuah masa depan yang lebih baik. Para pembangun peradaban Islam.
Dalam sepi ini, ku tuliskan sebuah puisi baginya..
Tak terbayang seperti apa dirimu, kau begitu jauh dariku, namun Allah mempertemukan kita walau tak secara langsung, kau menawan hatiku dengan keshalihanmu, dengan semangat jihadmu, kau rindukan syahid maka kau memilih jihad menjadi jalan hidupmu. Kau ingin dikumpukan bersama para Nabi, para Syuhada di JannahNya. Kau ingin Allah segera mensyahidkanmu.
Apa kau tau begitu sendunya hati ini saat kau bilang,”In Jannah if not in this world”
Kita akan bertemu di syurga jika tidak di dunia..
Sebegitu besarkah keinginanmu untuk syahid wahai The Lion of Islam!!!
Walau pilu tapi dalam do’aku akan selalu ada dirimu, aku akan berdo’a sebagaimana yang kau pinta agar Allah menjadikanmu sebagai syuhada dan martyr of this deen..
Insya Allah I will do it…
Harapanku kau akan segera menjadi syuhada Allah dan bidadari telah menanti untukmu..
Bidadari yang indah, jelita, putih bersih, tak pernah tersentuh siapapun, dan taat pada Allah..
Itulah yang pantas kau dapatkan. Aku bahagia jika kau mendapatkan itu walau diri ini merasa pilu..
Tapi diri ini bangga karena telah mengenal Mujahid sepertimu..
Akhwat mana yang tidak ingin menjadi bidadari seorang mujahid????!!!!!!!
Dalam do’a ku berharap engkau dapat meraih kesyahidan di jalanNya, meraih kebahagiaan di JannahNya, bertemu para anbiya, bersua dengan para syuhada, berdzikir dengan para shidiqin dan bercakap dengan para sholihin..
Dan ya Allah… hanya satu pintaku, pertemukan kami dalam JannahMu…

HD Gumilang, 28 september 2011,
Di Peraduan Cahaya.
  
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA

 
  1.  Kerja System Online
  2.  Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya 
  3.  Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online,  Per-Input dapat  komisi  Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji  Anda 10RbX50Data=500Rb  Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan   500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
  4.  Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi  Internet, Dapat  Dikerjakan   dirumah/diwarnet.
  5.  Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut

1 komentar:

  1. izin shareke blog ana ya...
    kapan kapan kunjungin juga yaaa

    blogbersamaitfi.blogspot.com

    BalasHapus