Jumat, 04 November 2011

~:*PEMIMPIN TERBAIKKU*::~

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

~*Hari ini adalah hari dimana Fatimah harus memutuskan sesuatu yang menyangkut masa depannya. Ubaidillah kah pria sholeh yang sederhana pilihannya, ataukah Ilyas pria kaya yang menjadi pilihan orang tua untuknya..
...
“Sekarang kamu harus memilih… Ubaidillah pria yang tak punya apa-apa, ataukah Ilyas pria pilihan keluarga?” perintah ayah.

“Ayah… apakah begini cara ayah medidikku? Beginikah sikap seorang ayah yang bijaksana?? Maafkan Fatimah, kali ini Fatimah tidak bisa mengikuti apa yang ayah inginkan. Hari ini juga Fatimah memutuskan bahwa Fatimah akan memilih Ubaid sebagai pendamping hidup Fatimah. Dan ini sudah menjadi keputusan Fatimah setelah Fatimah istikharah semalam.” Ucap Fatimah..

“Oh… jadi itu keputusanmu?? Ayah heran kenapa seorang sarjana sepertimu mau memilih laki-laki yang miskin seperti Ubaidillah itu. Ya, baguslah kalau begitu silahkan kamu urus sendiri pernikahanmu itu, ayah dan keluarga tak akan memberikan bantuan sepeserpun untukmu.” Ucap ayah kesal.

“Baiklah yah, Insya Alloh Fatimah juga tidak akan meminta bantuan kepada Ayah dan keluarga untuk acara pernikahan Fatimah nanti. Fatimah hanya minta pada ayah dan keluarga satu hal yaitu tolong ayah jadi wali Fatimah dan tolong keluarga juga nanti datang di acara pernikahan Fatimah. Itu sudah cukup bagi Fatimah” pinta Fatimah.

“Ya, mudah-mudahan kalo ayah dan keluarga tidak sibuk, dan ayah juga pinta padamu, setelah nikah nanti silahkan cari tempat tinggal sendiri dan jangan bawa suami tinggal dirumahku” ucap ayah sambil beranjak pergi.

Dua minggu kemudian pernikahan itu pun terlaksana. Tepatnya hari ahad 12 oktober 2008 pukul 10.00 dirumah kerabat jauhnya Fatimah. Tamu yang menghadiri pernikahan tersebut adalah para tetangga, sahabat-sahabatku dan sahabat-sahabat calon suamiku, kakak dari calon suamiku dan ayahku beserta empat anggota keluargaku.

Dan ibuku tak terlihat hadir disini. Tahukah kenapa??? Ibuku dilarang oleh ayah untuk menghadiri acara pernikahanku. Padahal aku berharap ibuku hadir agar setidaknya mengikhaskan dan meridhoi jalanku dan calon suamiku.

Acara pernikahanku sederhana, karena permintaan calon suamiku maka tamu akhowat dan ikhwan pun terpisah, ada hijab tinggi yang memisahkan antara tamu akhowat dan ikhwan. Tak ada musik, tak ada pemotretan, dan bagiku itu biasa saja. Tapi bagi ayahku itu gila..

Kenapa kata ayah hal ini gila?? Karena bagi ayah ini pernikahan zaman dulu yang kuno, miskin, dan tidak modern sama sekali. Ya, begitulah ayahku. Ejekan saja yang kami dapatkan..

Setelah akad nikah maka sekarang aku sah menjadi istri Ubaidillah. Ya, dan ini berarti kesempatanku untuk bersama ibuku harus selesai sampai disini. Ayah dan empat anggota keluargaku pun pulang. tak ada sepatah kata pun, tak ada do’a dari seorang ayah untuk anaknya yang baru saja menempuh hidup baru. Tapi inilah yang harus ku terima.

Malam harinya setelah aku selesai sholat isya’, aku langsung menyiapkan makan malam untuk aku dan suamiku.

“masak apa sayang?? Tanya suamiku.”

“insya Alloh special untukmu abi” ucapku..

Suamiku pun makan, sementara aku hanya terdiam memikirkan ibuku yang tak bisa lagi ku jenguk.

“kenapa bersedih ummi?? Kok tidak di makan makanannya.?? Tanya suamiku penuh penasaran.

“Abi, fatimah kangen sama ibu. Inginku memeluknya bersujud memohon do’anya. Tapi tak bisa lagi sekarang” jawabku dengan penuh kesedihan.

“sayang, sekarang kita berdo’a agar ibu dirumah dalam keadaan baik dan senantiasa dilindungi oleh Alloh. Sekarang makanlah sayangku” Suamiku yang berusaha menenangkanku.

Hari demi hari ku lalui bersama suamiku, susah dan senang selalu bersama. Suamiku hanya seorang karyawan di sebuah toko buku kecil di desa kami. Penghasilan suamiku juga pas-pasan yakni berkisar antara 500.000 per bulannya. Walaupun begitu alhmdulillah masih bisa tercukupi karena juga penghasilanku yang lumayan besar yakni 4 juta per bulannya. Jadi kami mulai menabung untuk membangun rumah dan masa depan anak kami nanti jika kami punya anak.

Tak terasa sudah satu setengah tahun aku menjalani hidup berumah tangga dengan saumiku. Suamiku memintaku agar aku berhijab secara sempurna yakni aku harus berniqab. Dan suamiku pernah mengajukan kepadaku kalo aku bisa dan tidak keberatan maka lebih baik aku dirumah saja.

Aku keberatan karena aku sudah terlanjur cinta dengan pekerjaanku, dan aku juga tidak mungkin berniqab seperti yang diinginkan suamiku.

Suatu ketika perusahaanku kena masalah, dan aku pun pusing dengan persoalan di perusahaanku, aku pun pusing dengan segala yang ku hadapi sekarang. Aku harus berniqablah, aku harus berhenti kerjalah dan sebagainya.

Waktu itu pukul 16.00 aku terpaksa pulang kerumah lebih awal. Karena aku mendapat kabar suamiku sakit. Aku langsung brgegas pulang dengan angkot..

Sesampainya dirumah aku langsung menuju kamar dan ternyata suamiku demam dan sedang tidur. Aku pun jadi tambah pusing. Urusan perusahaaan belum ku temukan solusinya, eh ini suamiku malah sakit. Akhirnya aku mmbelikan obat untuk suamiku dan meletakkannya di meja. Aku lalu segera sholat asar dan istrahat juga. Karna aku mulai merasa kurang sehat.

1 jam kemudian adzan maghrib pun berkumandang, suamiku bangun dan membangunkan ku yang sedang asyik tertidur di sofa kamar kami. Aku pun terbangun dan segera berwudhu dengan harapan agar aku bisa berjama’ah dengan suamiku. Tapi apa setelah aku kembali ke kamar, ternyata suamiku tidak ada.

Suamiku ternyata pergi ke masjid. Subhanalloh suamiku, begitu kuatnya dirimu menjaga sholat berjama’ah sampai-sampai dalam keadaan sakit pun kau berusaha melangkahkan kakimu ke masjid.

Itu yang buat ku salut dari suamiku. Seperti apapun keadaanya dia senantiasa tidak ingin memberikan contoh bermalas-malasan kepadaku sebagai istrinya dalam perihal ibadah.

Aku pun sholat maghrib, mengaji dan sambil menunggu waktu sholat isya’ akhirnya ku siapkan makanan untuknya.

Setelah selesai semuanya, Alhamdulillah adzan isya’ pun berkumandang. Aku berwudhu lalu mngerjakan sholat isya’. Setelah itu aku tertidur diatas sajadahku.

Aku tak tahu kalo suamiku sudah pulang, aku pun tak tahu apakah suamiku sudah makan apa belum, apakah dia sudah minum obat apa belum. Entahlah aku tertidur begitu pulas karena kecape’an dan pusingnya kepalaku yang menyerangku.

“sayang….. bangun sayang. Tolong ambilkan abi air untuk kompres kepala bisa nggak??” pinta suamiku dengan penuh harap.

“abi… kalo mau ambil air ya abi ke kamar mandi saja sana biar abi ambil sendiri, ummi juga lagi pusing nih. Kenapa abi sakit malah merepotkan ummi sih?? Kita sama-sama pusing dan sakit jadi maaf ummi nggak bisa bantu abi” ucapku dalam keadaan ngantuk.

Waktu itu pukul 2.00 Suamiku tak berkata apa2 lagi. Ia langsung turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi ambil air untuk kompres kepalanya, ia makan sendiri, bahkan tahukah, suamiku pun langsung mencuci setumpuk pakaian yang belum sempat aku cuci.

Setelah itu suamiku kembali tidur lagi.

Pukul 3.00 aku tersadar, ku buta mataku perlahan aku kaget kok aku sekarang berada di atas tempat tidur? Setahuku aku semalam tertidur diatas sajadah yang ku letakkan dilantai kamarku. Tahukah?? Ternyata suamiku menggendongku ke tempat tidur, ia tutupi badanku dengan selimut, ia lepaskan mukenaku dan melipatnya dengan rapi.

Ya Alloh ternyata suamiku yang melakukan semua ini untukku.

Aku lalu menuju ke dapur untuk mengambil air minum, ternyata dapurku rapih dan bersih, aku pun masuk ke kamar mandi berwudhu untuk sholat tahajjud, ternyata tumpukan pakaian itu sudah tidak ada lagi, karena semua pakaian telah di cuci suamiku.

Ya Alloh betapa durhakanya aku yang tak mempedulikan suamiku semalam. Dia melakukan semua ini agar pekerjaan rumahku menjadi ringan, dia melakukan semua ini agar aku tidak perlu sibuk dengan semua ini. Ya Alloh padahal ini adalah kewajibanku..

Maafkanlah aku duhai suamiku….

Aku langsung menuju kamar dan ingin kutanyakan semua ini padanya, tapi ku lihat suamiku tertidur begitu pulas, ku dekati untuk ku perbaiki selimutnya, dan ternyata suamiku panas tinggi. Aku bingung harus bagaimana. Akhirnya aku langsung menelpon dokter dan alhmdulillah diperiksa. Setelah itu ku buatkan makanan utuknya, dan suamiku pun makan dan minum obat.

Qoddarullah ia sembuh dan bisa memulai aktivitas keesokan harinya. Suamiku lalu mengantarku kerja dengan menggunakan sepeda motor warisan dari ayahnya suamiku.

Sesampainya di kantor, aku langsung membuat surat pengunduran diriku, aku tidak akan lagi kerja. Aku ingin benar-benar mengabdi kepada suamiku tanpa aku harus keluar rumah.

Setelah ku serahkan surat pengunduran diriku, aku lalu mngirimkan SMS ke suamiku, “tolong jemput ummi bi, ummi tunggu abi di tempat biasa di depan kantor”

15 menit kemudian suamiku dtg, dan ia pun bingung kenapa aku minta dijemput lebih awal. Tapi ia hanya bisa diam karena aku mngatakan bahwa aku akan menceritakannya jika sudah tiba dirumah.

Sesampainya dirumah, aku pun mencerritakan alasan aku pulang cepat.

“abi, ummi telah mengundurkan diri, dan kini ummi ingin mengabdi kepada abi seperti yang abi pinta dahulu. Insya Alloh ini jalan yang terbaik yang ummi pilih.” Ucapku.

Suamiku meneteskan air mata, dia lalu memelukku dan mencium dahiku. Sambil mengucapkan Alhamdulillah….

Kini aku pun berhenti kerja dan aku pun berniqab, kami alhmdulillah dikaruniai anak laki-laki yang kami beri nama Muhammad Ash-Shidiq. Dan dari anak kami inilah hubunganku dengan keluargaku akhirnya kembali sperti dulu lagi. Ayahku luluh dan mau menerima keluarga kecilku sebagai anggota keluarga.

Aku tahu sekarang, kenapa suamiku begitu menginginkanku berhenti kerja dan berniqab?? Semua itu dia lakukan karena dia ingin melindungiku, dia ingin menempatku di tempat terbaik, dia tidak ingin aku bercampur baur dengan yang bukan mahramku. Karena wanita adalah fitnah yang sangat besar. Seperti sabda Rasulullah saw “ Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih membahayakan laki-laki daripada wanita dan bahwa fitnah Bani israil terletak pada wanita”

Ya, suamiku orang terbaik yang pernah ku kenal di dunia ini, ia letak surga dan nerakaku. Ia tidak pernah membentakku, ia tidak pernah mengeluh, tidak pernah bermalas-malasan dalam bekerja, ia selalu menunjukan bahwa ia pemimpin terbaik buatku. Ia memberiku kekuatan hanya dengan hatinya. Dengan tingkah lakunya, dan senyumnya ia membuatku yakin untuk tetap setia padanya, tetap bersamanya melangkah dan mengarungi bahtera rumah tangga sesuai dengan yang di contohkan Rasulullah saw dan para sahabat-sahabatnya, sampai tiba waktunya akan dipisahkan barulah akan terpisah..

Semoga kita semua adalah orang-orang yang beruntung yang kelak akan dipertemukan di jannahNya. Amiiin…

Satu pesanku, jadilah istri yang shalihah, ta’atlah pada suamimu, janganlah dikau wahai para akhowat sampai berkata kasar sehingga menyakiti suamimu, jagalah hartanya, dan lakukan yang terbaik untuknya.

Semoga bermanfaat InsyaAllah...
  
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA
 
  1. Kerja System Online
  2. Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya
  3. Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online, Per-Input dapat komisi Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji Anda 10RbX50Data=500Rb Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan 500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
  4. Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi Internet, Dapat Dikerjakan dirumah/diwarnet.
  5. Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar