Sahabat2 masih ingat dengan bacaan majalah Bobo sewaktu ketika kecil ketika itu kita masih duduk dibangku SD hehehehe..... yaa kalo sekarang masih eksis berlangganan majalah Bobo yaa syukurlah mungkin sudah ada sebagian dari sahabat yang sudah membaca kisah cerpen ini.... mudah2 an yang saya Copas dari majalah Bobo ini bermanfaat buat sahabat2 dan bisa diambil hikmah dari kisah dongeng cerpen ini ^_^
Setelah selesai memandikan kerbau-kerbaunya, Ketut Dugra kemudian mengikat kerbau-kerbau itu pada pohon kelapa yang banyak tumbuh berjejer di tepi sungai.
Lalu, ia membuka pakaiannya dan langsung menceburkan diri ke sungai yang airnya mengalir dengan deras. Hari itu memang banyak anak-anak ke sungai sebab mereka sedang libur.
Jadi, bagi anak-anak desa, hiburan yang paling menyenangkan adalah mandi di sungai sepuas-puasnya.
“Hai, Tut, ayo kita balapan berenang!” ajak I Nyoman Tusan yang berdiri di atas titian dan bersiap untuk menceburkan diri.
“Ayo, bersiaplah!” jawab Ketut Dugra. Kemudian “byur!”
Sungai menjadi ramai oleh ceburan tubuh kedua anak itu. Dari kejauhan datanglah segerombolan anak-anak laki-laki yang membawa sebuah rakit dari batang pisang.
“Tahukah engkau anak-anak itu dari Banjar mana?” tanya Ketut Dugra setelah ia menyembulkan dirinya ke permukaan air.
“Kurasa mereka anak-anak dari Banjar Lebah! Ya, memang betul mereka dari Banjar Lebah! Lihat! Itu si Kompyang, aku telah lama mengenalnya,” jawab I Nyoman Tusan sambil menunjuk ke arah anak-anak itu.
“Apakah mereka tidak akan mengganggu acara balapan kita?” kembali Ketut Dugra bertanya pada I Nyoman Tusan. Ia khawatir anak-anak itu akan mengganggu mereka.
“Tenang-tenang, sajalah kau! Jika mereka mau mengganggu kita nanti kupanggil abangku yang sedang memandikan kerbau di ujung sana. Lagi pula aku kan telah mengenal salah seorang dari mereka, mengapa harus takut!” sahut I Nyoman Tusan.
Gerombolan anak-anak itu terdiri dari lima orang anak.
Mereka kemudian membuka pakaian mereka dan beramai-ramai menggotong rakit dari batang pisang itu untuk diceburkan ke sungai. Suara anak-anak itu riuh rendah sehingga membuat sungai yang telah ramai menjadi semakin ramai.
“Hei, minggir! Rakit kami mau lewat!” seru seorang anak pada Ketut Dugra dan I Nyoman Tusan yang tengah asyik balapan berenang.
“Apa kataku mereka pasti mengganggu kita! Huh, sombong! Sepertinya mereka saja yang empunya sungai ini,” kata Ketut Dugra kesal.
“Biarlah untuk sementara kita minggir dulu Tut, aku ingin melihat sampai dimana sih kepandaian mereka berenang!” ujar I Nyoman Tusan sambil berenang ke tepi sungai.
Anak-anak itu berteriak-teriak sambil melambai-lambaikan tangannya di atas rakit batang itu. Terkadang salah satu dari mereka menceburkan dirinya kemudian timbul lagi, akan tetapi ketika salah seorang dari anak-anak itu menceburkan diri, ia tidak timbul-timbul lagi.
“Man, kau lihat anak yang baru saja terjun dari rakit itu?”
“Aku lihat Tut, lama ia tidak muncul-muncul! Kemana ya?”
Tatkala kedua anak ini sedang memikirkan kemana perginya salah satu anak yang baru terjun dari rakit itu, tiba-tiba mereka mendengar ada yang minta tolong.
“Tolong, tolong…!” teriak seorang anak ketika ia terbawa arus putaran air.
“Tut, mari kita menolongnya, ia tak tahu cara menyelamatkan diri di putaran air itu!” ajak I Nyoman Tusan cepat.
“Ayo, cepatlah! Kasihan! Nanti terlalu banyak air yang terminum olehnya!”
Ketut Dugra dan I Nyoman Tusan segera melompat ke dalam sungai dan berenang secepatnya ke pusaran air di mana anak itu berteriak minta tolong.
“Pegang tanganku hai, kawan! Aku akan menarikmu ketepi sungai ini!” kata Ketut Dugra pada anak itu, “Nah, bagus! Man, peganglah akar yang terlihat di ujung itu, kemudian tariklah aku beserta kawan kita ini. Hup! Nah mulailah!”
“Satu, dua, tiga, tarik yang kuat, Man!”
I Nyoman Tusan berusaha sekuat tenaganya menarik Ketut Dugra dan anak yang tenggelam itu.
Dari wajahnya terlihat usaha ia untuk menolong anak itu, padahal sebelumnya mereka telah menyombongkan diri seolah-olah mereka sok jagoan ingin menguasai seluruh sungai itu.
“Man tarik yang kuat, ayo lagi sedikit nih!” teriak Ketut Dugra serak. Dan anak itu selamatlah dari putaran air yang deras berkat pertolongan I Nyoman Tusan dan Ketut Dugra.
Anak-anak yang lain, teman dari anak yang tenggelam ini, memandang Ketut Dugra beserta I Nyoman Tusan dengan wajah malu.
Mereka merasa diri mereka sok jagoan akan tetapi menolong seorang temannya yang hampir tertelan arus putaran sungai saja tak mampu.
“Karena itu kalau belum begitu bisa berenang, jangan sok jagoan, ah! Untung ada adikku dan temannya yang bersedia menolong teman kalian, kalau tidak? Akan jadi apa teman kalian itu?” kata kakak I Nyoman Tusan tiba-tiba.
“Kami semua minta maaf Beli atas kesombongan kami dan juga kami mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada adik Beli dan temannya,” kata salah seorang dari mereka mewakili.
I Nyoman Tusan dan Ketut Dugra menganggukkan kepalanya kemudian tersenyum pada mereka.
“Kita akan menjadi kawan baru bukan?” kata Ketut Dugra kemudian.
Hari telah siang, sebentar lagi sore akan tiba. Gerombolan anak-anak itu telah lama meninggalkan sungai.
“Man sudah siang nih, mari kita pulang!” ajak kakaknya dengan kerbau-kerbau disampingnya.
“Sebentar Beli, Beli saja pulang lebih dulu sebab aku masih harus mencarikan untuk Ibu sisa-sisa batang pisang untuk makanan babi kita!” sahut I Nyoman Tusan pada kakaknya dengan sebutan Beli dalam bahasa Bali, yang dalam bahasa Indonesia berarti kakak.
“Biar kami sama-sama pulangnya kak! Sebab, aku juga disuruh Ibu mencari sisa-sisa batang pisang untuk makanan babi-babi kami,” jawab Ketut Dugra.
Setelah mendapatkan batang pisang yang diminta oleh Ibu mereka masing-masing barulah kedua anak itu pulang.
Ketut Dugra dan I Nyoman Tusan menunggang seekor kerbau, sedang yang seekor lagi mengikuti dari belakang.
“Tut, aku turun di sini saja, bukankah kau belok ke kanan sedangkan aku belok ke kiri?” kata I Nyoman Tusan.
“Baiklah, sampai ketemu nanti sore di Banjar ya? Ada orang latihan tari Kecak!” jawab Ketut Dugra dengan senyumnya.
“Ya, aku tunggu kau di Banjar nanti pada pukul enam sore!” I Nyoman Tusan melangkahkan kakinya sambil membawa batang pisang di punggungnya.
Hm… Ibu tentu tengah memasak makanan kegemaranku. Aduh, perutku lapar sekali, kata Ketut Dugra dalam hatinya, sementara kerbaunya mengikutinya dari belakang dengan setia.
Diambil dari Bobo no.4/Th IX 1981
oleh Fanny Jonathans Poyk
LOWONGAN KERJA ONLINE INPUT DATA
- Kerja System Online
- Penawaran Bonus Gaji Pokok 2 Juta/Bulannya
- Pekerjaan Hanya Mengumpulkan dan Menginput Data yang disediakan program Secara Online, Per-Input dapat komisi Rp. 10.000, - Bila Sehari Anda Sanggup Menginput 50 Data Maka Gaji Anda 10RbX50Data=500Rb Rupiah/Hari. Dalam 1 Bulan 500RbX30Hari=15Juta/Bulan.
- Untuk Semua Golongan Individu Pelajar/Mahasiswa/Karyawan/Siapa saja Yang Memiliki Koneksi Internet, Dapat Dikerjakan dirumah/diwarnet.
- Mendapatkan Gaji 200Rb Didepan Setelah Pendaftaran Untuk Semangat Kerja Pertama Anda.
Cara Pendaftaran : Kirimkan Nama & Alamat Email anda MELALUI WEBSITE dibawah ini
Maka Demo dan Konsep kerjanya selengkapnya langsung kami kirimkan ke alamat web tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar